REPUBLIKA.CO.ID, SIMALUNGUN -- Proses pencarian KM Sinar Bangun pada hari kedelapan atau Senin (25/6) terganggu cuaca yang buruk di perairan Danau Toba. Cuaca yang tidak mendukung itu terjadi sekitar pukul 15.00 WIB.
Deputi Operasi Basarnas Brigjen TNI Nugroho Budi Wirayanto mengatakan, proses pencarian telah dilakukan mulai dari pukul 07.00 WIB. Basarnas telah menggunakan seluruh alat yang dimiliki, mulai dari pemindai sonar (multibeam scane sonar) hingga perahu karet untuk menyisir perairan Danau Toba.
Namun sekitar pukul 15.00 WIB, Basarnas terpaksa menarik personel yang bertugas karena cuaca tidak mendukung. "Cuaca sangat tidak bersahabat sehingga kita putuskan untuk kembali," katanya di sela-sela proses pencarian dari Pelabuhan Tigas, Kabupaten Simalungun, Senin (25/6).
Dengan kondisi angin yang cukup kencang tersebut, Basarnas melihat ombak di perairan Danau Toba cukup tinggi yakni berkisar 1-1,5 meter. Selain dapat mengancam keselamatan personel di lapangan, keberadaan ombak yang cukup tinggi tersebut juga mengganggu proses pendeteksian kapal di perairan.
"Ombaknya besar, anginnya gede, kemudian ada hujan, hal tersebut sangat menentukan hasil scane sonar kita," katanya.
Sesuai arahan dari Kepala Basarnas M Syaugi, Basranas memperpanjang proses pencarian kapal dan penumpang KM Sinar Bangun selama tiga hari, yakni hingga 27 Juni 2018. Meski melihat indikasi keberadaan bangkai KM Sinar Bangun, tetapi Basarnas belum terlalu yakin sehingga terus melakukan pendeteksian.
Sebelumnya, KM Sinar Bangun yang mengangkut seratusan penumpang dilaporkan tenggelam di perairan Danau Toba, antara Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, dan Desa Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Sumatra Utara, Senin (18/6), sekitar pukul 17.30 WIB.
Dari proses yang dilakukan, diduga ada 188 penumpang KM Sinar Bangun. Sebanyak 21 orang berhasil diselamatkan, tiga tewas, dan 164 orang lagi diperkirakan hilang.