REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan, Suahasil Nazara, mengatakan laju inflasi pada Juni 2018 yang merupakan periode Ramadhan dan Idul Fitri termasuk terendah dibandingkan beberapa tahun terakhir. Penjagaan inflasi ini penting untuk mencapai target pertumbuhan.
"Menjaga inflasi yang stabil di tingkat yang rendah itu penting karena komponen penting di dalam PDB adalah konsumsi," kata Suahasil ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (2/7).
Ia mengatakan, pertumbuhan konsumsi itu bisa dicapai kalau pendapatan masyarakat naik dan inflasinya rendah. Dengan begitu, daya beli masyarakat tidak termakan oleh inflasi yang tinggi. "Kalau PDB mau tumbuh secara lebih tinggi, katakanlah menuju ke 5,2 persen, maka konsumsi tidak bisa tumbuh di 5,0 persen. Dia harus tumbuh di angka 5,1 persen," ujar Suahasil.
Oleh karena itu, Suahasil menilai upaya menjaga inflasi penting. Kebijakan pemerintah seperti membuat harga BBM bersubsidi dan listrik bersubsidi tetap merupakan upaya untuk menjaga inflasi.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juni 2018 sebesar 0,59 persen. Dengan demikian, laju inflasi pada tahun kalender Januari-Juni 2018 tercatat sebesar 1,90 persen.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan laju inflasi pada Lebaran 2018 merupakan yang terendah dibandingkan periode sama sejak 2012. Inflasi periode Lebaran pada Juni 2018 tercatat sebesar 0,59 persen atau lebih rendah dari periode Juli 2016 dan Juni 2017 masing-masing sebesar 0,69 persen.
Posisi ini juga jauh lebih baik daripada periode Agustus 2012 sebesar 0,95 persen, Agustus 2013 sebesar 1,12 persen serta Juli 2014 dan Juli 2015 masing-masing sebesar 0,93 persen.
Kenaikan tarif angkutan umum pada periode Lebaran menjadi pemicu inflasi pada Juni 2018 sebesar 0,59 persen. Kontribusi dari tarif angkutan ini menyebabkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,5 persen.
"Karena ini adalah periode Lebaran dan ada liburan panjang, menyebabkan permintaan meningkat," kata Suhariyanto.
Baca juga, Kenaikan Tarif Angkutan Picu Inflasi.
Kenaikan tarif angkutan udara menyumbang andil inflasi sebesar 0,15 persen. Kemudian, tarif angkutan antarkota memberikan andil inflasi 0,08 persen dan tarif kereta api memberikan andil inflasi 0,01 persen.
Kelompok lainnya yang menyumbang inflasi adalah bahan makanan yang mengalami inflasi 0,88 persen, karena kenaikan beberapa harga komoditas pangan, seperti ikan segar, daging ayam ras maupun daging ayam kampung.
Kenaikan harga ikan segar menyumbang andil inflasi 0,19 persen, diikuti daging ayam ras dengan andil inflasi 0,03 persen serta daging ayam kampung, daging sapi, kacang panjang, petai, tomat sayur, bawang merah dan kelapa dengan andil masing-masing 0,01 persen.