REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Masuknya dunia ke gerbang Revolusi Industri 4.0 semakin menambah penting standarisasi. Terlebih, dalam dunia industri yang akan menjadi tulang punggung dari perekonomian negara-negara di dunia.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara mengingatkan, negara-negara maju sangat erat dengan standardisasi dan industri. Ia merasa, keduanya memiliki posisi penting yang tidak dapat dipisahkan.
"Dan bagaimana industri dan kesadaran standardisasi bisa maju tidak lepas dari dunia pendidikan, perlu kesadaran dan ini yang harus ditanamkan sejak dini," kata Ngakan usai menghadiri International Conference ICES 2018 di Eastparc Hotel, Selasa (3/7).
Ke depan, ia menilai harus ada perkembangan signifikan yang terlihat di Indonesia. Karenanya, pendidikan tentang standardisasi dan pemahaman industri itu harus berjalan secara berkelanjutan.
Inovasi, lanjut Ngakan, memang menjadi komponen yang sangat penting, dan tidak bisa dilaksanakan satu atau dua hari saja. Artinya, proses itu harus dilakukan secara berkesinambungan dan konsisten.
Ia mengungkapkan, saat ini hasil-hasil industri yang menjadi sumbangsih perekonomian nasional Indonesia berada di posisi empat dunia. Sedangkan, nilai tambah Indonesia berada di posisi kesembilan dunia.
"Tapi, kalau kita tidak melakukan apa-apa, ada tambahan 30 juta pencari kerja pada 2030 kita cuma mampu menampung 20 juta, kita targetkan 2030 kita sudah 4.0 dan kalau bisa ada tambahan 10 juta mengisi kebutuhan itu," ujar Ngakan.