Sabtu 07 Jul 2018 10:47 WIB

Pengawas Internasional: Senjata Kimia Terbukti di Suriah

Gas klorin ditemukan di lokasi serangan Douma, Suriah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah. Tetapi para ahli OPWC belum dapat mengunjungi tempat kejadian.
Foto: AP Photo/Bassem Mroue
Dalam file foto yang diambil pada 14 April 2018 tampak kendaraan PBB yang membawa tim Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW), tiba di hotel beberapa jam setelah AS, Prancis dan Inggris meluncurkan serangan terhadap fasilitas Suriah pascaserangan senjata kimia terhadap warga sipil, di Damaskus, Suriah. OPCW berusaha untuk menyelidiki dugaan penggunaan bom kimia di kota Douma, Suriah. Tetapi para ahli OPWC belum dapat mengunjungi tempat kejadian.

REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG -- Tim misi pencarian fakta dari Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) telah merilis laporan sementara tentang penyelidikan penggunaan senjata kimia di Douma, Suriah. Mereka menyebut gas klorin telah digunakan dalam serangan ke Douma pada April lalu yang menewaskan 78 warga sipil.

"Seiring dengan residu eksplosif, berbagai bahan kimia organik yang berklorin ditemukan dalam sampel dari dua tempat, yang mana terdapat rantai penuh penjagaan," kata tim pencarian fakta OPCW dalam sebuah pernyataan pada Jumat (6/7).

Selain kunjungan ke lokasi kejadian untuk mengumpulkan sampel lingkungan, tim OPCW juga melakukan wawancara dengan saksi serta pengumpulan data. "Tim pencarian fakta akan melanjutkan pekerjaannya guna menarik kesimpulan akhir," katanya.

Menurut OPCW, laporan sementara yang telah diterbitkan akan dibagikan ke negara-negara penandatangan Konvensi Senjata Kimia dan Dewan Keamanan PBB.  Hal itu agar mereka dapat membaca dan menganalisis sendiri hasil laporan tersebut.

Pada 7 April lalu, Douma, sebuah wilayah di Ghouta Timur yang masih dikuasai kelompok pemberontak Suriah, menjadi target serangan gas beracun. Serangan yang sejak semula diduga menggunakan senjata kimia tersebut menewaskan sedikitnya 70 orang.

Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Prancis menuding rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad sebagai aktor atau dalang aksi penyerangan tersebut. Ketiga negara kemudian melancarkan serangan udara ke Suriah, tepatnya ke Damaskus. Serangan secara khusus menargetkan fasilitas-fasilitas militer yang diyakini menjadi tempat pengembangan senjata kimia rezim Suriah.

Pemerintah Suriah mengecam serangan tersebut. Suriah menyatakan serangan yang dilancarkan AS, Inggris, dan Prancis dengan dalih merespons penggunaan senjata kimia di Douma merupakan kebohongan. Serangan itu, menurut Pemerintah Suriah, merupakan aksi balasan karena proksi teroris yang dikendalikan ketiga negara di Ghouta Timur berhasil ditumpas dan dikalahkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement