Ahad 22 Jul 2018 14:57 WIB

BMKG Ingatkan Ancaman Gelombang Tinggi

Nelayan diminta tidak memaksakan diri melaut.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/Riga Nurul Iman/ Red: Indira Rezkisari
Dua perahu nelayan tetap nekat melaut di perairan Plawangan Puger, Jember, Jawa Timur, Kamis (19/7).
Foto: Antara/Seno
Dua perahu nelayan tetap nekat melaut di perairan Plawangan Puger, Jember, Jawa Timur, Kamis (19/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan nelayan dan kapal-kapal kecil agar tidak memaksakan diri melaut pada 22-26 Juli 2018. Pada tanggal tersebut BMLG memperkirakan adanya gelombang tinggi di beberapa perairan Indonesia.

"Jadi kami meminta mereka (nelayan dan kapal-kapal kecil) tidak memaksakan diri melaut. Mereka harus tetap waspada dan siaga dalam melakukan aktivitas pelayaran," ujar Kepala Bagian Humas BMKG Indonesia Hary Djatmiko, Ahad (22/7).

Disinggung mengenai kemungkinan nelayan dan kapal ujuran kecil ini tetap nekat melaut, ia menyebut risiko ditanggung sendiri. Apalagi, kata dia, BMKG sudah berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait seperti Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), syahbandar, pemerintah daerah (pemda) hingga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mensosialisasikan dan menyebarkan peringatan ini hingga ke masyarakat. "Jadi jangan dipaksakan untuk melaut karena sudah dilarang," katanya.

Sebelumnya, BMKG mengingatkan potensi gelombang tinggi yang diperkirakan akan terjadi di beberapa perairan Indonesia dari tanggal 22 hingga 26 Juli 2018 di beberapa wilayah. Namun, puncak ancaman gelombang tinggi diprediksi terjadi antara tanggal 23 hingga 25 Juli 2018. Hary mengatakan, adanya peningkatan kecepatan angin timuran hingga 37 kilometer per jam diperkirakan masih berlangsung hingga tanggal 26 Juli 2018 di beberapa wilayah perairan Indonesia.

Peningkatan kecepatan angin timuran ini, kata dia, yang membuat beberapa gelombang di wilayah perairan Indonesia menjadi tinggi. Perairan yang ia maksud diantaranya perairan Bengkulu hingga barat Lampung, perairan selatan Banten, hingga Jawa Timur. Selain itu, kata dia, di perairan selatan Kalimantan, Laut Jawa bagian tengah dan barat, Laut Banda, Perairan Kepulauan Sermata-Kepulauan Tanimbar, Perairan Kepulauan Kei-Kepulauan Aru, Perairan Agats-Amamapere, Perairan Yos Sudarso, Perairan Merauke, dan Laut Arafuru.

"Potensi gelombang tinggi diperkirakan akan terjadi di perairan Indonesia tanggal 22-26 Juli 2018 di beberapa wilayah. Sementara puncak gelombang tinggi diperkirakan akan terjadi antara tanggal 23-25 Juli 2018," ujarnya.

Ia menambahkan, ancaman gelombang di beberapa perairan Tanah Air ini memiliki ketinggian yang berbeda-beda. Ia membagi perairan-perairan yang memiliki tinggi gelombang 1,25 meter-2,5 meter diantaranya di Selat Malaka bagian utara, Perairan Timur bagian P. Simeulue, Perairan Kepulauan Sermata-Kep Tanimbar, Perairan Kepulauan Kei-Kepulauan Aru, Laut Natuna Utara, Selat Karimata, Laut Jawa bagian timur, Selat Makassar bagian selatan, perairan timur Kepulauan Selayar, Laut Flores dan Laut Banda, Perairan selatan Baubau Kepulauan Wakatobi, perairan selatan Pulau Buru, Pulau Seram, Laut Seram bagian timur, dan Perairan selatan Kaimana-Amamapre-Agats. Kemudian gelombang srtinggi 2,5 hingga 4 meter terjadi di Perairan Sabang, perairan utara dan barat Aceh, Perairan Kepulauan Nias, perairan selatan Pulau Sumba, Laut Sawu, Perairan Pulau Sawu, Pulau Rote, Kupang.

"Terakhir, perairan yang terancam mengalami gelombang tertinggi antara 4 hingga 6 meter di perairan barat Kepulauan Mentawai, Perairan Bengkulu hingga barat Lampung, Selat Sunda bagian selatan, perairan selatan Banten. Selain itu, perairan selatan Jawa hingga Sumbawa, Selat Bali, Selat Lombok, Selat Alas bagian selatan, Perairan Selatan Pulau Sumba," katanya.

Nelayan di selatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, sudah diminta meningkatkan kewaspadaan ketika melaut. ‘’Untuk antisipasi gelombang tinggi, kami sudah koordinasikan dengan Polair Palabuhanratu dan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI),’’ terang Koordinator Forum Koordinasi SAR Daerah (FKSD) Kabupaten Sukabumi, Okih Pajri.  Terutama mengimbau kepada nelayan yang mencari ikan di perairan laut selatan untuk meningkatkan kewaspadaan.

Okih mengatakan, nelayan harus berhati-hati dengan gelombang tinggi terutama jenis perahu kecil. Nelayan diminta agar mempersiapkan peralatan keselamatan yang memadai. Misalnya membawa peralatan keamanan seperti life jaket dan kompas bagi kapal nelayan yang melaut di laut lepas.

Selain itu mengecek kondisi mesin perahu sebelum berangkat. Targetnya ketika melaut dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka mereka bisa mengantisipasinya dengan baik.

Menurut Okih, berdasarkan informasi dari BMKG gelombang tinggi mulai berlangsung pada Ahad. Di laut selatan Jawa Barat termasuk Sukabumi ketinggian gelombang mencapai 2,5 meter hingga 4 meter.

Selanjutnya pada 23 Juli 2018 ketinggian gelombang antara 3 meter sampai 5 meter, 24 Juli 2018 3.0 sampai 6 meter, 25 Juli 2018 5 meter sampai 6 meter. Sementara pada 26-27 Juli 2018 ketinggian gelombang 2,5 meter sampai 4 meter. ‘’ Dari data ini agar aktivitas di laut dan pantai selalu mengantisipasi tinggi gelombang yang berbahaya tersebut,’’ imbuh dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement