REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Yuliandre Darwis menanggapi viralnya ajang pencarian bakat musik dangdut di salah satu stasiun televisi swasta. Episode tertentu dari program audisi itu dihujat warganet karena kontennya dianggap menjurus perisakan.
"KPI bertindak terhadap apa yang ditonton di layar kaca, jadi bukan berdasarkan sugesti atau psikologis yang muncul dari massa," kata Yuliandre usai acara sosialisasi hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi 2018 di Jakarta, Rabu (25/7).
Pada salah satu episode, seorang peserta audisi asal Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, mendapat komentar pedas dari dewan juri karena penampilannya. Perempuan 16 tahun bernama Waode Sofia itu diminta berdandan dan menyiapkan penampilan 'wah' terlebih dahulu sebelum diizinkan bernyanyi.
Meskipun episode tersebut banyak mendapat protes dari berbagai pihak, menurut Yuliandre tidak ada pasal yang dilanggar dari tayangan. Dia mengatakan, belum ada laporan secara mendetail dan apabila terdapat pelanggaran pasti pihaknya akan memberikan teguran.
"Tentu arahannya, program penyiaran selalu mengedepankan edukasi, informatif dan positif untuk menjadi tuntutan. Apapun kasus yang dimunculkan, kadang ada gimmick dan sebagainya bisa menjadi suatu koreksi," tuturnya.
Menurut hasil Survei Indeks Kualitas Program Siaran Televisi 2018 Periode I yang dilakukan KPI, program ajang pencarian bakat yang masuk dalam kategori variety show mendapat skor rata-rata sebesar 2,51. Angka itu terbilang rendah karena masih di bawah standar skor 3,00 yang ditetapkan KPI.
Survei yang melibatkan 120 panelis ahli dari 12 PTN itu juga mencantumkan sederet evaluasi untuk acara variety show di Indonesia. Salah satunya adalah meminta stasiun televisi lebih kreatif guna menghindari humor yang bersifat bully, slapstick, dan mencela orang lain.