Kamis 26 Jul 2018 16:19 WIB

Laba Bersih BNI Syariah Tumbuh 23 Persen

Kenaikan laba didorong ekspansi pembiayaan dan kenaikan pendapatan berbasis biaya.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Friska Yolanda
Target Buku III. Petugas melayani transaksi nasabah di kantor layanan BNI Syariah, Jakarta, Selasa (3/7).
Foto: Republika/ Wihdan
Target Buku III. Petugas melayani transaksi nasabah di kantor layanan BNI Syariah, Jakarta, Selasa (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- BNI Syariah membukukan laba bersih pada kuartal II 2018 mencapai Rp 202,9 miliar atau naik 23 persen dari bulan Juni 2017 yang sebesar Rp 165,1 miliar. Kenaikan laba tersebut didorong oleh ekspansi pembiayaan, peningkatan pendapatan berbasis biaya (fee based income), dan peningkatan rasio dana murah (CASA). 

Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo, mengatakan, aset BNI Syariah pada kuartal II 2018 mencapai Rp 37,7 triliun atau naik sebesar 22,9 persen dari kuartal II 2017. Angka tersebut di atas pertumbuhan industri sebesar 16,9 persen berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah (SPS) per April 2018 untuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). 

"Dari sisi bisnis, BNI Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 25,1 triliun atau naik 11,4 persen dengan kontribusi pertumbuhan pembiayaan pada segmen komersial 22,0 persen diikuti Hasanah Card 14,6 persen, UMKM sebesar 12,3 persen, konsumer 7,8 persen dan mikro 2,9 persen," terang Firman dalam konferensi pers Kinerja Kuartal II 2018 di Jakarta, Kamis (26/7). 

Komposisi pembiayaan sampai Juni 2018 terdiri atas segmen konsumer sebesar Rp 12,9 triliun (51,5 persen), diikuti segmen kecil dan menengah sebesar Rp 5,5 triliun (22 persen). Selain itu, komposisinya terdiri atas segmen komersial Rp 5,3 riliun (21 persen), segmen mikro Rp 995,5 miliar (4 persen), dan Hasanah Card Rp 387,5 miliar (1,5 persen). 

Dalam menyalurkan pembiayaan, lanjutnya, BNI Syariah terus menjaga kualitas pembiayaan. Pada Juni 2018, rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Financing/NPF) BNI Syariah sebasar 3,04 persen. Rasio tersebut di bawah rata-rata industri yang mencapai 4,06 persen (data SPS per April 2018 BUS-UUS). 

Sementara itu, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada kuartal II 2018 mencapai Rp 32,4 triliun atau naik 21,5 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan industri sebesar 16,5 persen (data SPS per April 2018 BUS-UUS) dengan jumlah nasabah sebesar 2,6 juta. "Komposisi DPK didominasi oleh dana murah yakni giro dan tabungan yang mencapai 52,8 persen," imbuhnya. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement