Senin 30 Jul 2018 17:42 WIB

Tanggap Darurat Gempa Lombok Diperpanjang hingga Tujuh Hari

Korban meninggal akibat gempa sudah mencapai 16 orang.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Indira Rezkisari
Foto aerial kerusakan bangunan akibat gempa bumi di Desa Sajang, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7). Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala richter Ahad (29/7).
Foto: Antara
Foto aerial kerusakan bangunan akibat gempa bumi di Desa Sajang, Lombok Timur, NTB, Senin (30/7). Gempa bumi berkekuatan 6,4 pada skala richter Ahad (29/7).

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Masa tanggap darurat penanganan bencana gempa di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) akan diperpanjang hingga tujuh hari, sejak Ahad (29/7) hingga Sabtu (4/8). Kemarin pemerintah sempat menetapkan tanggap darurat selama tiga hari.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) menyampaikan, berdasarkan data hingga Senin (30/7) pukul 13.00 Wita, puluhan ribu orang masih mengungsi. Kepala BPBD NTB Muhammad Rum merinci data terbaru di Lombok Utara, terdapat 20.167 orang dari 4.635 kepala keluarga (KK) yang mengungsi, empat orang meninggal dunia, lima orang luka berat, dan 41 orang luka ringan. "Kerusakan infrastruktur meliputi 41 rumah rusak berat, 74 rumah rusak sedang, 255 rumah rusak ringan, serta rusaknya empat masjid, empat mushala, dua sekolah, hingga dua pura," ujar Rum di Mataram, NTB, Senin (30/7).

Rum melanjutkan, untuk kondisi di Lombok Timur terkini meliputi 2.663 jiwa mengungsi, 12 orang meninggal dunia, satu di antaranya ialah pendaki asal Malaysia, 223 luka berat, 120 luka ringan; serta kerusakan bangunan seperti 373 rumah rusak berat, 260 rumah rusak ringan, sembilan sarana ibadah, lima fasilitas pendidikan, dan satu jembatan.

Baca juga: Gubernur NTB Tetapkan Masa Tanggap Darurat Tiga Hari

Rum menyampaikan, jumlah pendaki Gunung Rinjani yang saat ini masih terjebak akibat longsor pengaruh dari gempa sekira 574 orang dan diperkirakan berada di Danau Segara Anak. Saat ini sedang dipersiapkan upaya evakuasi.

BPBD NTB bersama instansi terkait telah mendirikan posko dan rumah sakit lapangan di tiga titik di Sembalun, Belanting, dan Sambelia mendirikan Posko Penanggulangan di Kantor Camat Sembalun. Kantor Desa Belanting mendirikan dapur umum di Kantor Camat Sembalun, Kantor Desa Belanting, dan Kantor Desa Obel-obel. Termasuk melakukan mobilisasi peralatan dan menyalurkan logistik tehadap wilayah terdampak.

Rum menambahkan, sejumlah logistik yang telah disalurkan BPBD hingga saat ini meliputi 275 dus mie instan, dua unit tenda pengungsi, 390 paket makanan lauk pauk, 300 paket sandang, 120 paket makanan siap saji, 240 paket makanan tambahan gizi, 108 paket kebutuhan anak-anak, 10 paket tenda gulung, 9 paket kesehatan keluarga, 94 paket keluarga, 523 lembar matras, dan 50 paket peralatan dapur.

Rum menilai, kebutuhan mendesak yang sangat dibutuhkan meliputi tenaga medis, tandu, peralatan kesehatan, dan kebutuhan anak-anak.

"Kendala-kendala yang dihadapi itu listrik mati total dan mengakibatkan akses komunikasi terbatas, sinyal frekuensi lemah, dan terbatasnya sarana dan personel untuk evakuasi pendaki yang masih terjebak di Taman Nasional Gunung Rinjani," lanjutnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement