Rabu 01 Aug 2018 15:29 WIB

BMKG: Waspadai Kekeringan di NTB

Pulau Lombok dan Sumbawa umumnya didominasi kategori panjang hingga kekeringan.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Andi Nur Aminah
Sedikitnya 500 hektare tanaman padi yang tersebar di empat desa di  Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu terancam mati akibat kekeringan, Selasa (23/1). Kondisi itu menyusul rendahnya curah hujan ditambah minimnya pasokan air irigasi yang bersumber dari Bendung Rentang.
Foto: dok. KTNA Kecamatan Kandanghaur
Sedikitnya 500 hektare tanaman padi yang tersebar di empat desa di Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu terancam mati akibat kekeringan, Selasa (23/1). Kondisi itu menyusul rendahnya curah hujan ditambah minimnya pasokan air irigasi yang bersumber dari Bendung Rentang.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Stasiun Klimatologi Lombok Barat, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis kondisi kemarau panjang dan kekeringan akan terjadi di Lombok dan Sumbawa. Prakirawan Stasiun Klimatologi Lombok Barat I Gede Widi Hariarta mengatakan, dari monitoring hari tanpa hujan (HTH) di Pulau Lombok dan Sumbawa umumnya didominasi kategori panjang hingga kekeringan.

Namun, kata dia, ada beberapa wilayah yang mengalami hari tanpa hujan dalam kategori sangat pendek. Kondisi itu terjadi di wilayah Lombok Tengah, Lombok Timur, Dompu, dan Sumbawa.

Dia menjelaskan HTH terpanjang atau kekeringan ekstrim selama lebih dari 60 hari tanpa hujan terpantau di Kabupaten Lombok Tengah meliputi wilayah Praya Tengah (120 hari) dan Mujur (107 hari); Kabupaten Lombok Timur meliputi Jerowaru (128 hari), Pringgabaya (114 hari), Labuhan Pandan (100 hari). Kemudian di Kabupaten Sumbawa meliputi Sebewe Moyo Utara, Moyohilir (masing-masing 111 hari), Lape (104 hari); Kabupaten Dompu meliputi Pajo (118 hari), Kilo (103 hari); Kabupaten Bima meliputi Madapangga (120 hari), Woha (109 hari); dan Kota Bima di Asakota Jatiwangi (102 hari).

Ia melanjutkan, kondisi suhu muka laut di perairan NTB menunjukan kondisi netral cenderung dingin. ENSO dalam kondisi netral, tetapi ada potensi El Nino Lemah pada akhir 2018. "Analisis angin menunjukkan angin timuran masih mendominasi wilayah NTB. Kondisi tersebut mengakibatkan mengurangi peluang terbentuknya awan-awan konvektif hujan di sebagian besar wilayah NTB. Pergerakan Madden Jullian Oscillation (MJO) saat ini tidak aktif," kata dia di Mataram, NTB, Rabu (1/8).

Hariarta menambahkan, peluang terjadinya hujan lebih dari 20 mm per dasarian pada dasarian I Agustus 2018 di wilayah NTB secara umum kecil, yaitu berkisar kurang dari 10 persen. Hal ini menandakan peluang curah hujan hanya berkisar 0 sampai 20 mm.

"Dengan kondisi hari tanpa hujan yang begitu panjang, perlu diwaspadai terjadinya kekeringan yang berdampak pada berkurangnya ketersedian air di sebagian besar wilayah NTB," katanya menambahkan.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement