Jumat 03 Aug 2018 14:00 WIB

Adab Menuntut Ilmu

Allah SWT menjanjikan pahala yang besar bagi hamba-Nya yang menuntut ilmu.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Agung Sasongko
Pemimpin yang berilmu (Ilustrasi)
Foto: Wordpress.com
Pemimpin yang berilmu (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Allah SWT menjanjikan pahala yang besar bagi hamba-Nya yang menuntut ilmu di jalan yang benar. Namun, banyak penuntut ilmu yang tidak mengetahui adab-adab yang diajarkan dalam Islam dalam menuntut ilmu. Ustaz Abu Yahya Badrussalam Lc dalam kajian yang diselenggarakan di Masjid Al-Hidayah, Bekasi, belum lama ini, menjelaskan beberapa adab saat menuntut ilmu.

Dalam kajian berjudul adab menuntut ilmu tersebut, ustaz lulusan salah satu universitas di Madinah itu mengatakan bahwa terdapat beberapa orang yang dipastikan masuk neraka, salah satunya orang yang menuntut ilmu karena ingin menyombongkan diri. Maka, adab pertama yang dipaparkannya adalah pentingnya memiliki rasa ikhlas saat menuntut ilmu.

"Ikhlas saat menuntut ilmu itu sangat penting. Jangan sampai menuntut ilmu karena ingin mendapat gelar atau ingin mendapatkan kedudukan tinggi," kata Ustaz Yahya.

Kedua, tanamkan niat bahwa ilmu yang dipelajari tak lain untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mengamalkan ilmu, kata dia, memang terdengar remeh, tapi nyatanya sangat sulit direalisasikan karena beratnya godaan untuk melalaikannya. Dalam sebuah riwayat disebutkan, Siapa yang menuntut ilmu tanpa ada niat untuk mengamalkan, maka ilmu hanya akan mengubahnya ke arah kesombongan dan keangkuhan.

"Maka, jika bertemu orang pintar yang sombong boleh jadi niatnya menuntut ilmu, bukan untuk mengamalkannya. Karena kalau orang yang menuntut ilmu untuk mengamalkannya maka insya Allah ilmu itu akan menjadikannya seorang yang tawadhu," kata Ustaz Yahya.

Hal ini dibuktikan dengan berbedanya para penuntut ilmu pada zaman Rasulullah SAW dengan penuntut ilmu masa kini. Dalam suatu riwayat, Usman bin Affan berkata, Dahulu pada zaman Rasulullah kami belajar 10 ayat 10 ayat dan kami tidak mau ditambah sebelum kami benar-benar memahami dan mengamalkannya.

Allah SWT sangat memperingati orang-orang berilmu yang pandai menasihati, tapi tak mengamalkan ilmunya. Allah SWT berfirman, Hai orang- orang beriman, mengapa kamu mengucapkan apa yang tidak kamu amalkan. Sungguh besar kemurkaan Allah jika kamu mengucapkan apa yang kamu tidak amalkan.

Adab ketiga dalam menuntut ilmu, lanjut Ustaz Yahya, adalah sabar. Selain itu, penuntut ilmu harus memiliki keberanian untuk menghadapi segala macam kesulitan yang akan ditemuinya selama menuntut ilmu. Jika seorang penuntut ilmu tidak memiliki keduanya, dapat dipastikan orang itu tak akan mampu menamatkan pendidikannya.

Keempat, seorang penuntut ilmu hendaknya memiliki sifat selalu merasa diawasi oleh Allah (muraqobah). Ustaz Yahya menjelaskan, tanpa sikap muroqobah, akan banyak penuntut ilmu yang terlena dengan godaan setan. Namun, jika memiliki sikap muroqobah, para penuntut ilmu tidak akan berani melakukan hal yang menyimpang.

Selain muroqobah, penuntut ilmu juga diwajibkan selalu melakukan introspeksi diri (muhasabah).Waktu terbaik melakukan muhasabah adalah sebelum beramal dan setelah beramal. Muhasabah yang dilakukan sebelum beramal, dapat dengan menanyakan diri sendiri tentang keikhlasan beramal dan kesesuaian amalan tersebut dengan ajaran agama.

Setelah beramal, lanjut dia, diperlukan pula muhasabah, yaitu dengan menanyakan apa kah amalan yang telah dilakukan termasuk dalam perbuatan riya dan ujub atau tidak. Hal ini untuk memastikan niat dalam menuntut ilmu tetap lurus seperti sebelumnya. Orang ujub, kata Ustaz Yahya, adalah orang yang merasa bahwa amal atau apa yang diraihnya adalah hasil dari usahanya sendiri, bukan karena bantuan Allah SWT.

Keenam, yaitu mengatur waktu sebaik mungkin. Penuntut ilmu harus bisa mengatur waktunya dengan baik dan tidak mengizinkan adanya waktu yang terbuang sia-sia. Saat menuntut ilmu, target pencapaian ilmu sangat diperlukan untuk memaksimalkan semangat belajar. Saya yakin kalau target belajar kita jelas maka waktu akan mampu dimanfaatkan dengan bagus dan maksi- mal, kata dia.

Ketujuh, penuntut ilmu harus pandai memilih teman. Menurut Ustaz Yahya, teman yang baik adalah teman yang mampu mendongkrak semangat kita dalam menuntut ilmu. Kedelapan, usa- hakan benar-benar kuasai ilmu itu. Saat menuntut ilmu tanamkan keinginan kuat untuk mempu menguasai ilmu tersebut dengan baik, bukan hanya sebatas ingin tahu saja karena seorang yang mengusai suatu ilmu, dengan seorang yang hanya sebatas tahu tentu sangat berbeda.

Terakhir, adab menuntut ilmu yang berhubungan pada guru, yaitu harus mampu memilih guru yang benar, dan upayakan menuntut ilmu dari guru yang teruji keahlian ilmunya. Jika telah me mastikan memilih guru yang tepat, maka adab selanjutnya ada lah tanamkan bahwa sepandai apa pun guru, dia adalah manusia biasa dan bukan nabi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement