Senin 06 Aug 2018 08:03 WIB

Alarm Waspada untuk PBSI Jelang Asian Games 2018

Tidak ada satu pun wakil Indonesia yang lolos ke final Kejuaraan Dunia 2018.

Rep: Fitriyanto, Bilal Ramadhan/ Red: Andri Saubani
Pasangan ganda putri Indonesia Rizki Amelia Pradipta (kanan) dan Della Destiara Haris saat berlaga di Kejuaraan Dunia 2018 di Nanjing, Cina.
Foto: PBSI
Pasangan ganda putri Indonesia Rizki Amelia Pradipta (kanan) dan Della Destiara Haris saat berlaga di Kejuaraan Dunia 2018 di Nanjing, Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, Tim bulu tangkis Indonesia gagal di Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis 2018. Tidak ada satu pun wakil Indonesia yang mampu lolos hingga partai puncak kejuaraan yang tahun ini digelar di Nanjing, Cina.

Satu-satunya wakil Indonesia di semifinal, yakni di ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu, kandas dari ganda Jepang Mayu Matsumoto/Wakana Nagahara dua gim langsung, 12-21 dan 21-23. Indonesia pun harus pulang dengan hanya satu medali perunggu.

Hasil ini meleset dari target satu gelar juara yang telah ditetapkan oleh PBSI. Pasangan ganda putra Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang merupakan salah satu andalan untuk meraih gelar, pun terhenti pada babak perempat final.

"Hasil ini memang tidak sesuai dengan target kami yaitu satu gelar juara. Saya sebagai Kabid Binpres dan manajer tim minta maaf kepada masyarakat Indonesia karena belum bisa memberikan hasil terbaik," ujar Susy dikutip laman resmi PBSI, Sabtu (4/8).

Lawan Greysia/Apriyani di semifinal yakni Matsumoto/Nagahara, sebenarnya bukan ganda terbaik Jepang. Mereka hanya peringkat empat di negaranya. Ini merupakan pertemuan pertama Greysia/Apriyani dengan Matsumoto/Nagahara.

Pada gim pertama, Greysia/Apriyani masih menyesuaikan diri dengan pola permainan lawan yang menyerang. Serangan-serangan Matsumoto/Nagahara begitu menyulitkan Greysia/Apriyani sehingga banyak poin diraih Matsumoto/Nagahara di gim pertama. Permainan Greysia/Apriyani sulit berkembang sehingga kalah 12-21.

Di gim kedua, Greysia/Apriyani mulai menemukan pola permainan yang sesuai. Greysia/Apriyani sempat balik memimpin 14-12. Namun konsistensi pasangan Jepang ini memang patut diacungi jempol. Meskipun pertahanan mereka sempat diacak-acak oleh Greysia/Apriyani, Matsumoto/Nagahara tetap berusaha mengontrol keadaan dan keluar dari tekanan.

Peluang kembali terbuka saat Greysia/Apriyani sempat memaksakan kedudukan 20-20. Namun, lagi-lagi serangan-serangan Matsumoto/Nagahara yang begitu bertubi-tubi menyulitkan pasangan Indonesia.

Hasil jeblok di Kejuaraan Dunia 2018 tentunya menjadi peringatan serius bagi PBSI. Raihan satu medali perunggu di Kejuaraan Dunia tahun ini lebih buruk dari pencapaiannya tahun lalu di Glasgow, Skotlandia.

Tahun lalu Indonesia meraih satu medali emas melalui ganda campuran, Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir. Satu medali perak lainnya diraih melalui ganda putra Mohammad Ahsan/Rian Agung Saputro.

Pada Kejuaraan Dunia 2018, Indonesia tidak menurunkan Tontowi Ahmad/Lilyana Natsir. Mereka memilih mempersiapkan diri menghadapi Asian Games 2018.

PBSI tentunya wajib waspada menjelang Asian Games 2018. Para pebulu tangkis wajib bangkit jika tidak ingin dipermalukan di rumah sendiri.

"Kami harus bangkit dan bekerja keras lagi untuk pertandingan berikutnya, terutama Asian Games yang sudah di depan mata," tambah Susy, mengakui.

Sedikit mengevaluasi, Susy menilai, sektor ganda putri menjadi sektor yang mengalami kemajuan. Di Nanjing, ganda putri mengirim wakil terbanyak ke perempat final dengan tiga wakil yaitu Greysia/Apriyani, Rizki Amelia Pradipta/Della Destiara Haris dan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Mahadewi Istarani.

"Saya melihat progress di sektor ganda putri dari segi teknik permainan. Hanya sayang masih kurang di power, fisik dan ketahanan dan kesabaran dalam melawan pasangan Jepang. Semoga di Asian Games bisa memberikan hasil yang lebih baik lagi," kata Susy.

Sekjen PBSI Achmad Budiarto mengaku prihatin dengan capaian para pemainnya di Kejuaraan Dunia 2018. Namun, PBSI tetap mengapresiasi, khususnya sektor ganda putri yang mengalami kemajuan.

"Dengan hanya meraih satu medali perunggu, tentu kami prihatin. Namun ada sisi positifnya, di mana hal ini menjadi alarm waspada bagi para pemain dan pelatih dalam menghadapi Asian Games 2018 yang kurang dua pekan lagi," ujar Achmad Budiharto kepada Republika.co.id, Sabtu (4/8).

Menuju Asian Games 2018, Budiharto menyatakan, Indonesia mempunyai harapan baru dari sektor ganda putri. Sebelumnya, ia mengakui, Indonesia hanya mengunggulkan ganda putra dan ganda campuran bisa meraih medali di Asian Games 2018.

"Ini memberi harapan. Sebelumnya kami berharap dari ganda putra dan ganda campuran, kini ganda putri memberi harapan. Semoga mereka tampil lebih baik lagi pada Asian Games nanti," ujar Budiharto.

Budiharto menilai masih cukup waktu dalam dua pekan ke depan untuk mempersiapkan diri menuju Asian Games 2018. "Kami akan evaluasi apa yang jadi kelemahan pemain. Serta memantau kekuatan lawan di Asian Games 2018."

Baca juga:

Alarm paling waspada tentunya dihadirkan oleh pasangan ganda putran andalan, Kevin/Marcus. Mereka kalah dari Takeshi Kamura/Keigo Sonoda (Jepang), pada babak perempat final dua gim langsung, 19-21, 18-21.

Seusai laga, baik Kevin atau Marcus mengakui keunggulan lawan. Mereka pun kalah dengan raihan skor yang rapat. 

"Semoga kami bisa meraih hasil yang lebih baik di Asian Games," sebut Marcus.

Menurut Susy, Kevin/Marcus harus mengevaluasi pola permainan jelang Asian Games 2018. Pola permainan Kevin/Marcus, Susy menilai, mulai terbaca oleh lawan.

 

"Lawan-lawan sudah mempelajari permainan cepat mereka, saatnya Kevin/Marcus memperbaiki diri, tidak boleh lengah dan cepat puas. Kevin/Marcus harus fokus mengatur irama permainan sejak awal dan berusaha agar pola mereka tidak mudah terbaca lawan," ujar Susy.

Apa yang dibilang Susy benar. Takeshi Kamura, seusai laga perempat final mengatakan, dirinya dan Sonoda sudah mempelajari taktik ganda putra Indonesia.

"Saya sudah membaca taktik Kevin saat melakukan reli-reli lob, ini pernah terjadi saat pertemuan kami di Dubai. Saya sudah mempersiapkan diri akan hal ini, saya tidak mau terburu-buru menyerang dan terpancing karena saya tahu itulah yang dia tunggu."

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement