REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto mengatakan, kepolisian belum mengetahui motif teror terhadap sejumlah tokoh politik yang terjadi belakangan ini. Namun, kata dia, bisa saja teror tersebut merupakan upaya adu domba antartokoh.
"Yang pertama pasti melihat fakta dulu. Setelah fakta melihat kepada motif, kita akan tahu setelah mendapatkan pelakunya. Sementara ini bisa saja upaya-upaya mengadu domba. Mencari perhatian," ujar Setyo di Jakarta, Kamis (9/8).
Setyo menambahkan, serangkaian aksi terhadap tokoh politik tidak bisa digeneralisasi motifnya. "Beda-beda kalau lihat latar belakangnya. Kapitra masuk ke PDI Perjuangan, Mardani dan Neno karena hastag ganti presiden. Jadi tidak bisa disamakan," kata dia.
Baca Juga: Kapitra: Terima Kasih 'Bunga' Molotovnya
Setyo mengatakan polisi masih terus melakukan penyelidikan dari fakta yang dikumpulkan. Polisi pun, kata Setyo, masih berupaya mengungkap pelaku-pelaku teror tersebut.
Selanjutnya, pendalaman motif baru akan dilakukan. "Kami melihat faktanya dulu," kata Setyo.
Sebelumnya, sejumlah kejadian teror menimpa sejumlah tokoh politik. Neno Warisman diadang di bandara oleh sejumlah massa saat pergi ke Riau beberapa waktu lalu.
Lalu, kediaman Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera dilempar bom oleh orang tak dikenal. Pihak Mardani dan Neno mengaitkan aksi ini dengan seruan #2019GantiPresiden yang kerap mereka serukan.
Baca Juga: Teror Bom Molotov, Mardani Bersyukur Rumah tak Terbakar
Di kubu #2019tetapJokowi, rumah calon legislatif dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Kapitera Ampera, juga dilempari bom molotov. Pelaku masih belum diketahui saat ini.