Senin 13 Aug 2018 14:47 WIB

Rusia Siapkan Lima 'Senjata' untuk Hadapi Sanksi AS

Rusia bisa menghentikan ekspor litium ke AS.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bertemu di Helsinki, Finlandia.
Foto: VOA
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin, bertemu di Helsinki, Finlandia.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia bersiap menghadapi sanksi sepihak yang diberikan Amerika Serikat (AS). Departemen Luar Negeri AS mengatakan, hukuman itu dijatuhkan Paman Sam menyusul penggunaan racun syaraf Novichok terhadap mantan agen Rusia Sergei Skripal dan putrinya di Inggris beberapa waktu lalu.

Sanksi AS disebut-sebut akan menyasar barang ekspor keamanan sensitif ke Rusia. AS juga akan menghentikan operasional maskapai Aeroflot yang melayani penerbangan ke AS. Sanksi diprediski akan meluas hingga ke pelarangan ekspor AS ke Rusia di segala bidang.

Rusia tentu tidak akan tinggal diam terkait sanksi tersebut. Moskow memiliki beberapa opsi untuk membalas kebijakan yang diterapkan AS itu. Respon Rusia tampaknya akan membidik sejumlah area kerja sama sensitif dari kedua negara.

Baca juga,  AS Ancam Sanksi Rusia Terkait Racun Novichok.

Mengutip laman RT, Senin (13/8) sejumlah opsi termasuk moratorium ekspor titanium ke AS agaknya akan diberlakukan pemerintahan Presiden Vladimir Putin. Perusahaan titanium Rusia, VSMPO-Avisma memproduksi dan mendistribusikan 70 persen titanium di pasar global.

Perusahaan itu juga diketahui memasok 40 persen kebutuhan titanium bagi Boeing. Hampir mustahil bagi pabrikan pesawat terbang itu untuk tidak menggunkaan pasokan titanium dari Rusia. Perdagangan logam olahan itu telah kedua negera sejak 1950 silam.

Rusia juga diprediksi akan menghantam sektor penerbangan. AS diketahui telah melayani penerbangan dengan rute melintasi kawasan udara Rusia menuju Eropa.

Moskow bisa jadi meningkatkan tarif perlintasan penerbangan yang digunakan maskapai AS untuk memperpendek jalur udara baik bagi penerbangan penumpang atau pesawat angkutan barang.

Kehilangan rute penerbangan melintasi kawasan udara Rusia memaksa AS harus mencari jalur udara lainnya. Hal itu berpotensi membuat maskapai AS kalan bersaing dengan maskapai Eropa dan Asia.

Moksow juga berpotensi melarang seluruh ekspor migas dan energi lainnya ke AS. Nilai ekspor migas rusia ke Paman Sam mencapai 8 miliar dolar AS atau hanya 4,6 persen dari keseluruhan ekspor Rusia dalam bidang energi. Rusia hanya perlu mengalihkan jumlah perdagangan tersebut ke pembeli lainnya dari Asia.

Baca juga, AS Kecam Bom Rusia dan Suriah yang Tewaskan Oposisi.

Meskipun hubungan antara Moskow dan Washington memburuk, banyak perusahaan AS terus bekerja di Rusia tanpa campur tangan dari pemerintah.

Rusia bisa jadi akan menyulitkan operasional perusahaan seperti PepsiCo, Procter & Gamble, McDonald's, Boeing, Mondelez International, General Motors, Johnson & Johnson, Cargill, Alcoa, General Electric dan banyak perusahaan lainnya sebagai pembalasan terhadap sanksi baru AS.

Sektor lain yang juga berpotensi dimanfaatkan Rusia guna membalas sanksi AS berada dalam bidang roket. Mesin terbang buatan Rusia memasok program luar angkasa AS di NASA dan Pentagon.

Kedua institusi itu menggunakan roket RD-180 untuk melontarkan satelit mereka ke luar angkasa. Berhenti membeli roket tersebut bagi AS adalah yang mustahil lantaran Paman Sam tidak dapat memproduksi roket secara domestik.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement