REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Populi Center Usep S Ahyar mengatakan, keterbukaan Mahfud MD di hadapan publik justru berpotensi lebih banyak merugikan dirinya sendiri. Citra negarawan yang melekat pada diri Mahfud dapat ternodai hanya karena ekspresi kekecewaannya.
“Saya melihat banyak orang menilai pernyataan itu menurunkan citra Mahfud. Jujur boleh, tetapi kan ada yang harus ditutup rapat untuk menjaga kepentingan yang lebih besar,” kata dia ketika dihubungi Republika.co.id, Kamis (16/8).
Menurut dia, tidak semua hal bisa dibicarakan ke hadapan publik dengan gamblang. Usep menyebut pernyataan Mahfud juga kontradiktif dan membongkar diri sendiri.
Dari pernyataan Mahfud, kata dia, banyak hal yang bisa ditafsirkan, termasuk juga Mahfud mengetahui adanya praktik korupsi tetapi hanya diam saja meski ia sebagai penegak hukum. Bukan tidak mungkin, ia menambahkan, ada masyarakat yang akan menilai bahwa keputusan Presiden Joko Widodo tidak memilih Mahfud sebagai cawapres sudah tepat.
"Saya memahami Pak Mahfud masih belum terima, kan kelihatan sehingga semua hal dibicarakan,” ujar dia.
Baca Juga:
- Hasto: Pernyataan Mahfud di 'ILC' Ekspresi yang Manusiawi
- Zulkifli Hasan: Penentuan Cawapres di Kubu Jokowi Ternyata Lebih Seru
- Sekjen Koalisi Jokowi: Ketua Tim Kampanye Berinisial 'M'
Ia mengatakan pernyataan Mahfud di acara yang disiarkan secara langsung di televisi itu bisa memengaruhi elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Sebab, tak sedikit orang yang menjadikan sosok Mahfud sebagai negarawan sejati.
Namun, pengaruh signifikan hanya akan terjadi ketika pemungutan suara dilakukan berdekatan dengan siaran televisi itu. “Tapi ini (pemilu) kan masih lama, tentu kondisinya akan beda. Saat ini mungkin banyak orang terpengaruh, bahwa idolanya dikhianati,” kata dia.
Mahfud MD membeberkan proses kegagalannya menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Joko Widodo (Jokowi). Dalam pernyataan tersebut, Mahfud menjelaskan bahwa ada ancaman dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) kepada Jokowi.