Kamis 16 Aug 2018 23:02 WIB

'Daging Kurban Mengakhiri Konflik di Desa Kami'

Umat Islam di Halmahera Utara juga membagikan hewan kurban untuk umat Nasrani.

Petugas tim Quality Control Dompet Dhuafa melakukan pengecekan hewan kurban.
Foto: Republika/Karta Raharda Ucu
Petugas tim Quality Control Dompet Dhuafa melakukan pengecekan hewan kurban.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu

HALMAHERA UTARA -- Yusri Samsi dengan terbata-bata menceritakan bagaimana kegembiraannya dirangkul menjadi mitra Dompet Dhuafa. Yusri merupakan satu dari puluhan peternak sapi yang tergabung dalam kelompok ternak di Desa Tapasoho, Kecamatan Malifut, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara, dan menjadi mitra Dompet Dhuafa sejak 2014.

Peternak sapi di Desa Tapasoho ini mengatakan, sebelum ada program Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa, kurban hanya dilakukan di wilayah kabupaten Sofifi yang jaraknya sekitar 100 kilometer dengan jarak waktu dua jam perjalanan. "Dulu di sini sebelum Dompet Dhuafa datang, warga tidak pernah dapat daging kurban. Kami tidak pernah kebagian daging," kata Pak Yus, sapaan akrabnya saat ditemui di rumahnya, Rabu (1/8) malam.

Awalnya, kata Pak Yus merawikan, Dompet Dhuafa memberikan sumbangan 40 ekor sapi. Terdiri dari 30 sapi betina dan 10 sapi jantan. "Alhamdulillah sekarang berkembang menjadi sekitar 105 ekor sapi," ucap Pak Yus dengan logat Maluku.

Kini setelah empat tahun menjadi mitra Dompet Dhuafa, Yus dan kelompok peternak serta warga di desanya, mengaku mendapatkan banyak manfaat. Selain mendapatkan ilmu, mereka juga mendapatkan tambahan penghasilan.

"Keuntungan selain materi atau uang, kami mendapatkan keuntungan berbagi rasa. Di daerah kami ini kan ada dua suku yang sering bertikai, dan pasca-THK Dompet Dhuafa kami senang. Tidak ada lagi konflik, karena kami jadi sering berkumpul," Kata pria berusia 44 tahun ini.

Ayah lima anak ini sedikit menceritakan kisah pilu kerusuhan di Halmahera. Kerusuhan di Ambon pada 1999, kata Yus, merembet ke desanya.

"Di sini ada kampung (penduduknya) Islam dan Nasrani. Dari 22 desa di Kecamatan Malifut, ada empat kampung saudara kami yang Nasrani. Dulu ketika konflik, kami saling bertikai," kata Yus.

Sembari menunjukkan salah satu rumah di desanya yang menjadi sasaran pembakaran massa ketika kerusuhan, Yus menuturkan, aksi permusuhan yang sudah berlangsung selama puluhan tahun, mulai mereda sekitar lima tahun lalu. "Dan dengan program THK Dompet Dhuafa, persaudaraan kami semakin erat," ucap Yus.

Ketika Idul Adha, warga Desa Tapasoho kini sudah bisa mandiri merasakan daging. Bahkan, kata Yus, setelah daging-daging kurban distribusikan ke umat Muslim yang berhak, warna non-Muslim juga dibagikan. "Kami berbagi kepada saudara kami yang non-Muslim yang kekurangan dan memang layak mendapatkan," ujar sekertaris kelompok peternak di Desa Tapasoho ini.

Lewat program THK, Dompet Dhuafa berbagi manfaat kepada warga di Indonesia bagian timur. Salah satu wilayah yang mendapatkan manfaat program THK adalah Halmahera Utara, Maluku Utara.

Dimas Muttaqhin, tim distribusi THK Dompet Dhuafa menjelaskan program tersebut bertujuan membagikan manfaat hewan kurban ke wilayah-wilayah terpencil Indonesia. Sehingga sebaran daging hewan kurban tidak hanya dirasakan masyarakat di perkotaan, tetapi masyarakat di wilayah terpencil yang bahkan tidak pernah merasakan daging sapi.

"Salah satu wilayah yang menerima manfaat ada di Desa Tapasoho, Kecamatan Malique, Kabupaten Halmahera Utara, Maluku Utara," kata Dimas saat berbincang dengan Republika.co.id, Rabu (1/7/) malam.

Dimas menceritakan awalnya Dompet Dhuafa mencari daerah yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berpotensi dirangkul menjadi mitra. Setelah menetapkan, Dompet Dhuafa memberikan pelatihan-pelatihan kepada para peternak.

"Kami mengajak masyarakat untuk mengembangkan potensi yang mereka miliki. Sehingga bermanfaat untuk mereka dan warga sekitar," ucap Dimas.

Lalu, kata Dimas, Dompet Dhuafa memberikan sumbangan sapi untuk dikembangbiakan. "Setelah itu, sapi yang nantinya akan dijadikan hewan kurban kami akadin diawal dari peternak lokal. Persiapan H-6 bulan. Yang dibayarkan sesuai yang sudah diakad-in. Kami ingin mengajak kelompok peternak bermanfaat untuk masyarakat sekitar," kata dia.

Dompet Dhuafa menyeleksi petani yang mau menjadi mitra. Lalu memberikan pelatihan dan pendampingan selama dua tahun. "Alhamdulillah sekarang berkembang," kata Dimas.

Di Desa Toposoho ini ada 30 peternak yang menjadi penerima manfaat. Yusri menjelaskan, 30 peternak dibagi menjadi tiga kelompok masing-masing beranggotakan 10 peternak. "Kelompok pertama bernama Amuminye, artinya satu hati. Kedua Sukamaju, dan ketiga Satu Hati," kata Yusri.

Yus menjelaskan, di desanya dulu belum ada pemberdayaan sapi sebelum Dompet Dhuafa datang. Ia mengaku warga di desanya bingung dalam pemberdayaan sapi.

Sebenarnya, Yus mengungkapkan, warga Desa Toposoho sudah mengirimkan proposal permohonan kepada pemerintah kabupaten tetapi tidak ada respons. Namun, Dompet Dhuafa datang dan memberikan pelatihan cara beternak yang baik, mengatasi serta mencegah penyakit.

"Kami berterima kasih kepada Dompet Dhuafa dan kami berati sulit kelompok memberi manfaat kepada kami, khususnya di Halmahera, kami sambil so bisa menambah pendapatan, membiayai anak sekolah," imbuh Yus.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement