REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nusa Tenggara Barat (NTB) Muhammad Rum menyampaikan, masa tanggap darurat bencana gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) telah berakhir pada Sabtu (25/8). Kini, penanganan pascagempa memfokuskan diri pada transisi dari masa tanggap darurat menuju pemulihan dan percepatan rehabilitasi dan rekonstruksi.
Penerbitan instruksi presiden (inpres) nomor 5 tahun 2018 soal penanganan bencana juga membuat alih komando berpindah tangan. Sebelumnya, komando penanganan gempa berada di tangan Danrem 162/Wirabhakti Kolonel Czi Ahmad Rizal yang menjabat sebagai Komandan Satuan Tugas Penanganan Darurat Bencana (PDB) gempa Lombok, dan Muhammad Rum sebagai wakilnya.
"Kita sudah rapat struktur dari komando yang baru, kolaborasi dengan inpres nomor 5 tahun 2018 terkait penugasan ada di Mabes TNI, Mayjen Mashuni selaku panglima komando satuan gabungan terpadu yang di-BKO backup percepatan," ujarnya kepada Republika.co.id di Mataram, NTB, Ahad (26/8).
Status struktur yang baru tersebut nantinya akan disahkan oleh Gubernur NTB TGB Zainul Majdi mengingat status bencana ini ialah bencana provinsi. Sejumlah perubahan yang mendasar pada perubahan status komando ialah penyebutkan bencana yang bukan lagi semata bencana gempa Lombok, melainkan bencana gempa NTB. Hal ini merujuk pada meluasnya dampak gempa yang terjadi di tujuh kabupaten/kota di NTB, mulai dari Kota Mataram, Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur di Pulau Lombok; serta Kabupaten Sumbawa dan Sumbawa Barat di Pulau Sumbawa.
"Mulai hari ini, posko utama penanganan yang sebelumnya berada di Lombok Utara dipindah ke Mataram, di Gedung Sangkareang, Kantor Gubernur NTB. Ini lebih ideal karena (Mataram) sebagai ibu kota provinsi," lanjutnya.
Mengenai proses penanganan, kata Rum, tidak ada perubahan yang begitu mendasar. Tim gabungan, ia katakan, tetap melakukan sejumlah upaya seperti pembersihan puing-puing bangunan yang runtuh, verifikasi rumah rusak, dan percepatan pembangunan rumah warga yang rusak.
"Bantuan yang ada juga terus berdatangan, yang banyak itu pakaian layak pakai, sementara yang masih sangat dibutuhkan itu sembako juga," kata dia menambahkan.