REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejarah Tripoli menciptakan perpaduan budaya dan tradisi yang unik. Suasana jalan-jalan di Tripoli mirip dengan Kota Fez, Tunis, atau Aleppo yang berlabirin dan teratur.
Tripoli juga memiliki banyak tempat bersejarah seperti Arba'a al-Saf yang merupakan saksi bertemunya antara budaya Romawi dan Islam. Tempat-tempat bersejarah itu di antaranya Masjid al-Naqah, masjid tertua di Tripoli yang direkonstruksi pada 1610 M, Masjid Gurgi yang berbatasan langsung dengan kubah Ma kus Aurelius yang dihiasi keramik Tunisia dan batu hias Maroko.
Masjid al-Naqah dibangun sejak penaklukan Libya oleh Amr bin al-Ash dan diperbarui oleh Khalifah Dinasti Fatimiyah, al-Mu'iz. Masjid ini memiliki 42 kubah kecil. Beberapa bagian interior masjid ini menyerupai bangunan Romawi.
Baca: Penaklukan Afrika Utara dan Perlawanan Suku Berber
Sedangkan, Masjid Gurgi terletak di jantung Kota Tripoli dan merupakan destinasi wisata. Masjid ini didirikan oleh Mustafa Gurgi dan dibangun pada 1834 M. Gurgi berasal dari Bahasa Mesir yang berarti "dari Georgia". Di sebelah kanan pintu masuk masjid ini terdapat makam Gurgi dan keluarganya.
Tak jauh dari Masjid Gurgi, terdapat tempat tinggal Ahmed Pasha Karamanli, perwira kavaleri pasukan Turki Utsmani yang dibangun pada 1744 M. Pada 1711 M, Karamanli membunuh gubernur Turki Utsmani dan mendirikan dinasti sendiri yang memerintah sampai 1835 M di Tripoli.
Dekat persimpangan Arba'a al Saf terdapat kediaman keturunan Karamanli, Yusuf. Pada Mei 1801 M, Yusuf menetapkan dirinya sebagai penguasa asing pertama yang menyatakan perang terhadap Amerika Serikat yang baru merdeka.
Baca Juga: Penguasa-Penguasa Tripoli: Dari Fenisi Hingga Kekalifahan
Yusuf Karamanli mematahkan tiang bendera Amerika Serikat di depan kantor konsulat Amerika di Tripoli setelah Presiden Thomas Jefferson menolak permintaannya un tuk memberikan 225 ribu dolar AS guna menjamin keselamatan pelayaran Amerika di Mediterania. Sebagai balasan, Jefferson memerintah kan blokade laut pelabuhan Tripoli dan memaksa Yusuf menandatangani perjanjian damai pada 1805 M.
Salah satu bukti tentang pertemuan Romawi dan Islam di Tripoli, yakni adanya arsitektur kolonial Italia berbentuk katedral yang diba ngun pada 1928 M yang kemudian diubah menjadi masjid oleh Muamar Qaddafi pada 1969.
Namun, Tripoli hari ini tidak lagi peduli pada warisan budaya mereka. Studi pada 1980 menunjukkan, 14 persen bangunan bersejarah di kota ini hanya tinggal reruntuhan.