Rabu 05 Sep 2018 09:09 WIB

Industri TPT Dibidik Jadi Pemain Lima Besar Global

Tahun ini, ekspor industri TPT ditargetkan sebesar 13,5 miliar dolar AS

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolanda
Pekerja menjahit kain di industri tekstil rumahan C59 di Bandung, Jawa Barat, Senin (25/6).
Foto: Antara/Raisan Al Farisi
Pekerja menjahit kain di industri tekstil rumahan C59 di Bandung, Jawa Barat, Senin (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan produsen tekstil dan pakaian jadi nasional masuk jajaran lima besar dunia pada 2030. Berdasarkan Making Indonesia 4.0, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang tengah diprioritaskan pengembangannya sebagai pionir dalam peta jalan penerapan revolusi industri keempat.

Menperin Airlangga Hartarto menjelaskan, target tersebut bukan tanpa dasar.  Khusus untuk industri shoes and sport apparels, produksi Indonesia sendiri sudah melewati Cina. "Bahkan di Brasil, kita sudah menguasai pasar di sana hingga 80 persen," katanya dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Selasa (4/9).

Airlangga meyakini, industri TPT dalam negeri mampu kompetitif di kancah global karena telah memiliki daya saing tinggi. Optimisme ini juga didorong lantaran struktur industrinya sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional. 

Oleh karena itu, Airlangga menambahkan, pemerintah terus memacu kinerja industri TPT. Apalagi, sektor ini tergolong padat karya dan berorientasi ekspor sehingga memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian kita.

Baca juga, Revolusi Industri 4.0 tak Kurangi Jumlah Tenaga Kerja

Selama tiga-lima tahun ke depan, Kemenperin sudah fokus mendongkrak kemampuan di sektor hulu untuk meningkatkan produksi serat sintetis. Upaya yang dilakukan, antara lain menjalin kerja sama atau menarik investasi perusahaan penghasil serat berkualitas. "Ini juga bertujuan guna mengurangi impor," tutur Airlangga.

Kemudian, mendorong pemanfaatan teknologi digital seperti 3D printing, automation, dan internet of things. Transformasi ini diyakini dapat mengoptimalkan efisiensi dan produktivitas. Jadi, nantinya, klaster industri tekstil terintegrasi dengan terkoneksi teknologi industri 4.0.

Direktur Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki, dan Aneka Kemenperin Muhdori turut optimistis, industri TPT nasional dapat tumbuh empat sampai enam persen pada tahun 2018. Tahun lalu, sektor ini mampu tumbuh sebesar 3,45 persen, melonjak tajam dibanding tahun 2016 yang mencapai 1,76 persen.

"Sebesar 30 persen pakaian jadi dari hasil industri tekstil kita adalah untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, sedangkan 70 persennya untuk ekspor," ujar Muhdori. 

Kemenperin mencatat, nilai ekspor industri TPT nasional mencapai 12,58 miliar dolar AS pada 2017 atau naik enam persen dibanding tahun sebelumnya. Selain itu, sektor ini menyumbang ke PDB sebesar Rp 150,43 triliun di tahun 2017. 

Pada tahun 2018, Kemenperin mematok ekspor industri TPT sebesar 13,5 miliar dolar AS dan menyerap tenaga kerja sebanyak 2,95 juta orang. Tahun 2019, ekspornya diharapkan bisa mencapai 15 miliar dolar AS dan menyerap sebanyak 3,11 juta tenaga kerja. "Sektor ini mampu memberikan share ekspor dunia sebesar 1,6 persen," ujar Muhdori.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement