REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan gencatan senjata telah disepakati oleh kelompok-kelompok bersenjata yang bertempur untuk menguasai ibu kota Libya selama lebih dari satu minggu. Namun, belum ada kejelasan soal bagaimana kesepakatan itu akan diterapkan.
Puluhan orang tewas akibat pertempuran yang melanda Tripoli. Para kelompok bersenjata bersaing untuk merebut kekuasaan dan uang di tengah kekacauan yang terus membelenggu negara penghasil minyak itu sejak Muammar Gaddafi digulingkan pada 2011.
"Kesepakatan gencatan senjata dicapai dan ditandatangani hari ini untuk mengakhiri semua permusuhan, melindungi para warga sipil, menjaga masyarakat, dan harta milik pribadi," kata misi PBB di Libya (UNSMIL) di Twitter.
Bandar udara Matiga Tripoli, yang ditutup sejak Jumat, juga akan dibuka kembali di bawah kesepakatan tersebut. PBB memperlihatkan foto-foto pertemuan, yang diadakan oleh Utusan Khusus PBB Ghassan Salame, namun belum ada keterangan lebih lanjut.
Belum ada kejelasan soal bagaimana gencatan senjata itu akan diterapkan. Hal itu karena para milisi tidak mengindahkan imbauan-imbauan sebelumnya dari pemerintahan dukungan PBB agar mereka meletakkan senjata.
Tidak ada polisi, tentara, atau negara yang berfungsi untuk menegakkan perdamaian di Libya. Negara itu dikendalikan oleh kelompok-kelompok bersenjata, yang membangkang pihak berwenang dan membentuk aliansi yang berubah-ubah.
"Hari ini bukan untuk membenahi semua masalah keamanan di ibu kota negara Libya, (hari ini) adalah upaya untuk menyepakati kerangka yang lebih luas menuju awal pembahasan berbagai masalah," kata Salame seperti dikutip UNSMIL.
Di tengah kekacauan, ratusan migran Afrika kabur dari sebuah penjara di Tripoli. Hal itu terjadi ketika pertempuran antara kelompok-kelompok bermusuhan berlangsung di daerah sekitarnya.
Sebuah video yang diunggah di media sosial pada Selasa memperlihatkan ratusan orang Afrika, yang sejumlah di antaranya memegang kantong-kantor plastik, sedang berjalan beriringan menjauhi pusat penahanan. Penjara itu terletak di jalan menuju Bandar Udara Internasional Tripoli. Bandar tersebut hancur pada 2014 dalam pertempuran antara kelompok-kelompok militan yang bermusuhan.
Libya merupakan titik keberangkatan utama di Afrika Utara bagi para migran yang menyeberangi Laut Tengah menuju Eropa. Tripoli secara resmi dikendalikan oleh Pemerintahan Perjanjian Nasional, yang diakui dunia internasional. Namun, kelompok-kelompok bersenjata yang bekerja sama dengannya bertindak sendiri-sendiri.