REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, satelit menemukan 37 titik panas di daratan Pulau Sumatra. Titik panas ini tersebar di tujuh provinsi.
"Dari 37 hotspot (titik panas) hari ini, tiga titik di antaranya ada di Aceh," ujar Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Blang Bintang, Zakaria Ahmad di Aceh Besar, Kamis.
Selain terdapat di Aceh, ia melanjutkan, titik panas terkosentrasi di enam provinsi lain. Namun, katanya, mayoritas titik panas kali ini berada di dua wilayah penyebaran, yakni Sumatera Selatan dan Lampung.
Lalu Sumatra Utara, Riau, Bangka Belitung, dan Bengkulu. Ke-37 titik panas ini memiliki tingkat kepercayaan 11 titik diantaranya patut diduga sebagai titik api, dan 10 titik sebagai titik api.
Kesebelas titik diduga titik api akibat kebakaran hutan dan lahan, dua titik diantaranya di Aceh. Kedua titik ini terpantau di Kabupaten Gayo Lues dengan lokasi di Kecamatan Rikit Gaib," katanya.
"Titik panas ini muncul dari kemarin sore, dan bertahan hari ini. Kami imbau intansi terkait di Gayo Lues segera turun ke lokasi," kata Zakaria.
Pemerintah tahun ini mengawal ketat wilayah rawan kebaran hutan dan lahan. Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat jumlah titik api turun hingga 96,5 persen di seluruh Indonesia dalam periode 2015-2017.
"Berdasarkan data hasil pantauan satelit milik NOAA, jumlah titik api di 2015 mencapai 21.929, sedangkan di 2016 menurun menjadi 3.915. Pada 2017, jumlah titik api kembali menurun menjadi 2.257," kata Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Raffles B Panjaitan.
KLHK mencatat luas area hutan dan lahan yang terbakar di 2015 mencapai 2.611.411 hektare (ha). Angka ini menurun menjadi 438.360 ha di 2016, lalu turun lagi menjadi 165.464 ha di 2017.
"Sejak 2016, perusahaan tidak berani lagi melakukan pembukaan lahan dengan membakar, ini berpengaruh. Kalau pun ada yang terbakar itu hanya spot-spot kecil saja karena kelalaian," ujar Raffles.