Selasa 09 Aug 2011 16:43 WIB

RSBI di Jatim Masih di Bawah Standar

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Hasil evaluasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) menunjukkan masih ada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) di Jawa Timur yang berada di bawah standar. Dari hasil evaluasi itu, diketahui tiga SMP dan SMK yang berstatus RSBI di Jatim tidak memenuhi standar.

Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Harun menegaskan RSBI yang berada di bawah standar tersebut terancam ditutup jika tidak memperbaiki kualitasnya. Bagi RSBI yang kualitasnya di bawah standar itu akan diberi waktu hingga tiga tahun untuk perbaikan. "Kita akan beri waktu, tapi kalau tidak ada kemajuan akan kita tutup," tuturnya, Selasa (9/8).

Di Jatim terdapat 179 sekolah dengan status RSBI dari jenjang SMP, SMA, dan SMK. Hasil evaluasi dari Kemendiknas tersebut, 21 SMP RSBI mendapat predikat sangat baik. Sementara yang mendapat predikat kurang atau sangat kurang sebanyak tiga SMP.

Untuk jenjang SMK, terdapat 13 sekolah yang memperoleh predikat sangat baik. Tiga SMK RSBI masuk dalam kategori kurang baik. Sementara semua SMA berstatus RSBI tidak ada yang masuk dalam kategori kurang baik.

Untuk mempertahankan predikat RSBI tersebut, Harun menyatakan kualitas sekolah akan dilihat dari indikator standar pengelolaan, proses pembelajaran pendidikan, sarana dan prasarana serta pembiayaan. Lantaran indikatornya menyentuh banyak aspek, sekolah yang berada di kategori kurang baik harus segera memperbaiki diri.

"Kami minta secepatnya sekolah berbenah karena waktu yang kami berikan hanya sampai dua atau tiga tahun," katanya menegaskan.

Sementara itu, Kasi Kurikulum SMP dan SMA Disdik Jatim Udiono menjelaskan Kemendiknas juga mengevaluasi sekolah RSBI yang layak naik peringkat menjadi Sekolah Berstandar Internasional. Dia memprediksi status tersebut paling cepat dapat disandang RSBI tahun depan. "Dari ratusan RSBI di Jatim, mungkin tidak akan banyak yang bisa jadi SBI," ujarnya.

Diakuinya, salah satu masalah utama bagi guru-guru RSBI adalah pada kemampuan berbahasa Inggris. Kemampuan inilah yang akan terus diutamakan sebagai bagian peningkatan kompetensi guru-guru RSBI. "Kita akan memberikan pembinaan kepada sekolah untuk memperbaiki kualitasnya," ungkapnya.

Pengamat pendidikan sekaligus Rektor Universitas Negeri Surabaya (Unesa) Muchlas Samani mengatakan kualitas guru di RSBI dalam berbahasa Inggris tidak bisa disalahkan. Pasalnya, guru di RSBI tidak disiapkan untuk mengajar dengan Bahasa Inggris. "Banyak sekali guru yang mempunyai kemampuan mengajar bagus tapi terhalang karena harus menggunakan bahasa pengantar dalam Bahasa Inggris," ungkapnya.

Dia menilai sekolah negeri dengan konsep RSBI akan lebih sulit berkembang dibanding sekolah swasta. Hal ini lantaran sekolah swasta memiliki ruang gerak yang lebih luas dalam pengelolaan. "Kalau sekolah swasta bisa import guru dari luar sedangkan sekolah negeri kan tidak bisa. Sekolah negeri dibatasi oleh dinas berbeda dengan swasta," katanya.

sumber : C01
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement