REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Asosiasi Disleksia Indonesia bekerja sama dengan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO mengadakan seminar dan workshop yang bertema Dyslexia awareness. Seminar tersebut akan diselenggarakan pada Sabtu 31 Juli dan 1 Agustus 2010 di Gedung Kementerian Pendidikan Nasional.
Seminar yang melibatkan para ahli dari berbagai bidang terkait berupaya membangun kepedulian masyarakat mengenai kondisi dan penanganan bagi anak-anak disleksia di Indonesia. Dalam workshop itu akan dikenalkan dan didiskusikan lebih lanjut mengenai strategi pendekatan pembelajaran anak disleksia oleh para praktisi yang memiliki pengalaman langsung menangani anak-anak disleksia.
Disleksia adalah gangguan belajar spesifik yaitu kesulitan untuk mengenali huruf, membaca, menuli,s dan berhitung, yang dialami oleh anak-anak yang memiliki kecerdasan rata-rata hingga di atasnya.
Kondisi ini dialami oleh 5-10 persen anak usia sekolah, dan terjadi di seluruh lapisan masyarakat di seluruh belahan dunia. "Itu berarti kasus disleksia banyak terjadi di masyarakat, akan tetapi tidak dikenali dengan tepat," ujar humas panitia Symposium nasional dan workshop dyslexia, Sumarto SPd, pada siaran persnya, Kamis (29/7).
Di balik kesulitan belajar yang disandang anak disleksia banyak hal-hal unggul yang dimiliki mereka. Melalui seminar dan workshop tersebut diharapkan para peserta dapat mengetahui ciri-ciri disleksia, serta memiliki keterampilan untuk menangani mereka. Sehingga layanan pendidikan prima dapat diupayakan bagi seluruh anak Indonesia.
Di samping itu, para peserta pun akan diajak untuk mengetahui dukungan-dukungan sosial yang dapat diberikan kepada anak-anak disleksia.