REPUBLIKA.CO.ID,DEPOK -- Hari ini, Selasa (18/6), merupakan hari pertama pelaksanaan ujian Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) 2013 secara serentak, se-Indonesia. Salah satu universitas yang dijadikan lokasi penyelenggaraan ujian ini ialah, Universitas Indonesia (UI).
Di UI, ujian SBMPTN pun dilakukan di Gedung C Fakultas Hukum (FH) UI, Kampus Depok, Jawa Barat.
Dari puluhan ribu peserta ujian yang mengikuti SBMPTN 2013 di wilayah DKI yang masuk dalam Panitia Lokal (Panlok) Jakarta, sebanyak 12 orang merupakan penyandang disabilia. Para peserta yang memiliki keterbatasan ini, dalam mengikuti rangkaian ujian, masing-masingnya dibantu tenaga pendamping.
Penanggungjawab Lokasi (PjL) SBMPTN 2013 di UI, Tien Handayani Nafi mengatakan, dari 12 peserta yang mengalami disabilitas tersebut, satu orangnya tak mengikuti ujian.
Tak diketahui mengapa sebabnya. ''Yang pasti mohon maaf, yang bersangkutan tak bisa lagi mengikuti ujian tahun ini,'' kata Tien, Selasa (18/6), di Gedung C FH UI, Depok.
Sementara, ke-12 peserta disabilia ini, enam di antaranya merupakan peserta yang mengalami keterbatasan atas indra penglihatannya.
Para peserta pun, terkhusus penyandang tuna netra dipandu oleh dua orang pendamping. Satu tenaga pendamping membantu peserta membacakan soal. Kata Tien, pendamping yang bertugas membacakan soal merupakan mahasiswa dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ). ''Sedangkan satu pendamping lagi, membantu menghitamkan di lembar jawaban komputer (LJK)nya. Pendamping ini, mahasiswa dari UI,'' ucap Tien.
Tak hanya itu, enam peserta ujian tuna netra ini juga mendapatkan tambahan waktu pengerjaan selama 30 menit, dalam ujian Tes Potensi Akademik (TPA). Hal ini dilakukan, sebab peserta mengalami kesulitan dalam menelaah soal ujian. Terlihat, umumnya, peserta tuna netra membutuhkan waktu lebih lama bila dibanding dengan peserta disabilia lainnya.
''Peserta tidak dapat hanya dengan sekali mendengarkan soal yang dibacakan, kemudian langsung menjawab,'' ujarnya. Tien menjelaskan, sehingga harus dua kali pendamping membacakan soal, baru peserta menjawab. Oleh karena itu, memang dibutuhkan waktu yang lebih, yang harus diberikan kepada peserta tuna netra.
Ia mengatakan, berdasarkan pantauan saat melakukan pengawasan, peserta tuna netra dalam waktu 30 menit hanya mampu menjawab sekitar 20 soal. ''Sekitar 20 soal dari keseluruhan soal sebanyak 75 nomor,'' ujarnya.
Sehingga, dengan telah berkoordinasi bersama panitia pusat, maka diberikan dispensasi untuk menambahkan waktu 30 menit dalam pengerjaan soal. ''Tapi ini khusus untuk penyandang tuna netra saja,'' sambungnya. Sebab, kemampuan peserta disfabel lainnya, bisa mengerjakan lebih dari peserta yang terbatas akan penglihatannya itu.
Tak hanya mendapatkan waktu 30 menit sebagai dispensasi. Peserta ujian tuna netra, bahkan menggunakan waktu istirahatnya untuk menyelesaikan soal.
Usai mengerjakan soal TPA, para peserta tuna netra langsung mengerjakan soal kemampuan dasar. ''Karena ada penambahan waktu di sesi awal, maka mereka langsung mengerjakan soal sesi dua,'' katanya.