REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lulusan Stikes 'Aisyiyah siap mengikuti uji kompetensi nasioanal. Menyusul adanya regulasi dari Kementerian Pendidikan Tinggi yang mewajibkan lulusan institusi pendidikan lolos uji kompetensi nasional.
Ketua Stikes 'Aisyiyah, Warsiti mengemukakan hal tersebut pada wisuda tahun akademik 2012/2013 di Yogyakarta, Kamis (29/8). Ada 548 wisudawan yang berasal dari program studi Pendidikan Ners, Ilmu Keperawatan, D3 Kebidanan dan alih jalur, dan D4 jalur Anvulen.
Dijelaskan Warsiti, regulasi Dikti yang terkait uji kompetensi, disikapi positif oleh seluruh institusi pendidikan kesehatan. Ada yang melakukan penjadwalan ulang kalender akademik.
"Sedang Stikes 'Aisyiyah menjadikan regulasi ini menjadi suatu peluang dan tantangan. Bahkan bisa dijadikan sebagai test case bagi lulusan kami," kata Warsiti.
Stikes 'Aisyiyah, Warsiti melanjutkan, juga melatih mahasiswanya agar memiliki softskill yang bisa digunakan untuk meningkatkan kemampuan kerja alumninya. Kemampuan softskill diberikan melalui kegiatan kemahasiswaan dan kemasyarakatan.
"Kemampuan softskill yang dimiliki lulusan diharapkan dapat menjadi modal ketika mereka masuk dunia kerja dan berhadapan dengan pasien," tutur Warsiti.
Stikes 'Aisyiyah juga menjalin kerja sama dengan berbagai lembaga untuk meningkatkan kemampuan lulusannya.
Di antaranya, dengan Pusat Bahasa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris, Klinik Permata Hati RS Sardjito untuk meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, serta sejumlah rumah sakit di luar negeri.
Saat ini, kata Warsiti, Stikes 'Aisyiyah sudah memasuki usia 50 tahun miladiyah dan telah memiliki banyak pengalaman di bidang kesehatan.
"Alhamdulillah, di usia ke 50 tahun, Stikes 'Aisyiyah diberi kepercayaan untuk membuka S2 Kebidanan. Ini satu-satunya perguruan tinggi swasta yang diberi amanah untuk membuka S2 Kebidanan," kata Warsiti.
Sementara Koordinator Kopertis V, Bambang Supriyadi mengatakan tiga dari sasaran MDG's terkait langsung dengan bidang kesehatan yaitu penurunan angka kematian Balita, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan.
"Sasaran ini tidak bisa tercapai jika tidak memiliki tenaga kesehatan yang mumpuni dan tersebar di berbagai wilayah," kata Bambang.