REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Institut Seni Indonesia (ISI) akan menggelar pertunjukan wayang kulit selama 30 jam nonstop yang digelar di Solo, tanggal 7-8 November 2015. Pertunjukan tersebut digelar untuk menyambut Hari Wayang Dunia 2015.
"Pagelaran wayang kulit Purwo dan Gedhog yang dimeriahkan dalang bocah, remaja maupun dewasa tersebut mengambil tema Strategi Revolusi Mental Bangsa Melalui Apresiasi Wayang Indonesia," kata Rektor ISI Surakarta Prof. Sri Rochana Widyastutieningrum, Senin (2/11).
Menurut Sri Rochana, wayang merupakan salah satu jenis seni pertunjukan yang masih hidup dan berkembang di masyarakat Jawa khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Kondisi ini disebabkan karena kandungan nilai-nilai religius, etis, dan estetis yang tercermin dalam pertunjukan wayang secara idesional diakui menjadi acuan bagi tindakan masyarakat.
Menurut dia, ketiga nilai esensial tersebut telah meresap dalam sanubari masyarakat, yang mengokohkan wayang sebagai budaya adiluhung dalam konstelasi kehidupan manusian Indonesia.
"Pagelaran wayang kulit yang sarat pendidikan budi pekerti itu, diharapkan dapat memberikan solusi alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang melanda negara kita," katanya.
Selain itu, wayang, yang juga dijadikan sarana bagi pembangunan moralitas manusia, diharapkan dapat memperkuat pilar ketahanan bangsa dan negara, sekaligus, menjawab keinginan negara untuk melakukan revolusi mental manusia Indonesia.