REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN – Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM merupakan salah satu fasilitas kesehatan milik perguruan tinggi negeri (PTN) yang bernaung di bawah Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Sebagai rumah sakit PTN, RSA UGM terus meningkatkan kapasitas pelayanan dari tahun ke tahun.
Banyak prestasi yang berhasil diraih RSA UGM. Di antaranya penetapan sebagai rumah sakit kelas B, akreditasi rumah sakit paripurna dari Kementerian Kesehatan, serta pemecahan Rekor Muri untuk pemeriksaan kepadatan tulang terbanyak yang baru diperoleh Sabtu (20/2) lalu.
Meski begitu, jajaran manajemen RSA UGM enggan berpuas diri dengan pencapaian-pencapaian tersebut. Bahkan di usianya yang menginjak tahun keempat ini, RSA UGM tengah bersiap untuk menjadi rumah sakit unggulan di DIY.
Direktur Utama RSA UGM, Prof. Arif Faisal menuturkan, guna mencapai hal tersebut, pihaknya akan melakukan berbagai pengembangan rumah sakit. Antara lain meliputi pengembangan sumber daya manusia (SDM), gedung, dan alat penunjang kesehatan.
“Dari sisi SDM, ke depannya kami akan menambah jumlah dokter spesialis. Seperti spesialis jantung, patologi dan anatomi,” tutur Arif pada Republika saat ditemui di ruang kerjanya, Jumat (26/2). Ia mengakui, saat ini RSA UGM belum memiliki dokter subspesialis, seperti dokter bedah plastik dan bedah saraf. Namun keterbatasan tersebut tidak menjadi hambatan dalam pelayanan kesehatan.
Pasalnya RSA telah memiliki MoU kerja sama dengan UGM dan RSUP Dr. Sardjito. Sehingga penanganan untuk pasien dengan kategori subspesial dapat dilakukan oleh tenaga medis dari kedua instansi tersebut. “Lagi pula penanganan khusus seperti itu kan kasuistik dan jarang sekali,” ujar pria kelahiran Aceh itu.