REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wisata minat khusus seperti wisata penelusuran gua sedang populer di Indonesia. Untuk pertama kalinya dalam sejarah sekolah pariwisata, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) melalui Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung membuka Kelas Tematik Speleologi, pada Sabtu (27/2), di Ruang Rapat Rektorat STP Bandung, Jawa Barat.
"Pariwisata dengan objek alam, apalagi peninggalan heritage itu harus berpedoman pada sustainable tourism development. Konsep ini sudah ada pedomannya di UN-WTO. Semakin dilestarikan, semakin menyejahterakan. Gua-gua yang banyak ditemukan masyarakat pun harus memegang teguh pada prinsip itu, harus lestari dan dijaga dengan baik," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam keterangan tertulisnya, Ahad (28/2).
Kelas Tematik Speleologi itu mengupas materi tentang pengelolaan wisata, kepemanduan wisata, dan aplikasinya dalam pengelolaan wisata minat khusus gua. Kelas ini digelar STP Bandung bekerja sama dengan Indonesia Speological Society (ISS).
Deputi Kelembagaan Kemenpar Ahman Sya mengatakan, kelas tematik ini baru pertama digelar dalam sejarah sekolah Pariwisata. ”Ini sebuah terobosan yang dilakukan oleh perguruan tinggi kami,” ungkap dia.
Menurut Ahman, kelas tematik itu diikuti sebanyak 30 peserta yang datang dari berbagai daerah dan latar belakang. Ia menambahkan, kelas tematik ini digelar untuk menyamakan persepsi tentang pariwisata, terutama wisata gua, sekaligus mengembangkan potensi sumberdaya manusia untuk bersiap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang sudah dimulai.
Kelas Tematik Speleologi itu dibuka langsung oleh Direktur STP Bandung Anang Sutono. Dalam sambutannya, Anang menekankan pentingnya menyatukan potensi dalam satu harmoni guna mengembangkan potensi karst dan gua untuk pemanfaatan yang berkelanjutan.
”Semoga kelas tematik speleologi ISS juga bergulir dengan tema-tema beragam untuk menghadapi paradigma baru tata kelola karst dan gua serta potensi ancaman kelestariannya,” ujar Anang.
Presiden ISS Cahyo Rahmadi menuturkan, sebuah fenomena menarik ketika gua menjadi objek dan destinasi wisata, dengan tanpa mengesampingkan risiko dan bahaya penelusurannya.
Ia menambahkan, gua ternyata memiliki potensi yang jika dikelola secara tepat dan layak dapat menjadi alternatif destinasi wisata yang menawarkan elemen yang kompleks mulai dari wisata rekreasional, edukasional, dan petualangan. “ISS juga mempunyai semangat marching forward to a world class speleological society,” cetusnya.