REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Gabungan mahasiswa Fakultas Teknik (FT) dan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Brawijaya menciptakan alat terobosan baru untuk penderita asma. Alat ini dinamakan SANBAV (Smart Android Bag for Asthma Prevention), tas cerdas pendeteksi kondisi lingkungan berbasis android sebagai solusi pencegahan segera bagi pengidap asma.
Ketua tim Muhammad Nur Azis mengatakan pembuatan alat ini terinspirasi dari permasalahan penyakit asma yang mayoritas menyerang orang muda usia produktif dan sangat menggangu aktivitas mereka. Berdasarkan penelitian tim, salah satu penyebab utama asma adalah dari lingkungan yang tidak dapat dideteksi secara langsung.
“Makanya kita mencari solusi mendeteksi kondisi lingkungan berupa alat yang dibentuk menjadi sebuah tas agar mudah dipakai dan tidak menggangu pengguna,” ujar Azis dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Kamis (2/6).
Anggota tim lainnya, Shofia, menyampaikan bahwa terdapat empat parameter utama lingkungan yang dapat menyebabkan asma kambuh. Parameter tersebut antara lain suhu, kelembapan, partikel debu, dan partikel gas.
“Kebanyakan pencetus asma adalah suhu yang lebih dingin sekitar 20 C, khususnya daerah Malang. Selain itu, semakin tinggi kelembapan akan lebihmudah memunculkan kekambuhan asma. Yakni sekitar 60-70 persen kelembapan,” bebernya.
Sementara untuk faktor gas dan debu, lebih banyak dicetuskan oleh gas CO2 dan debu berukuran kurang dari 5 mikron yang mencemari lingkungan.
“Jadi sesungguhnya dari pencetus asma sampai asma kambuh ada beberapa rentang waktu. Di jarak waktu itu pengidap bisa berpindah dari lingkungan berbahaya atau menggunakan alat prevensi seperti masker dan inhaler,” tambah anggota tim lainnya Aisyah.
Tas cerdas SANBAV dilengkapi dengan android yang terkoneksi dengan tas melalui bluetooth. Ketika SANBAV diaktifkan, maka aplikasi yang terdapat pada android menampilkan parameter-parameter pencetus asma dengan nilai tertentu. Aplikasi ini nantinya bisa didapatkan pada PlayStore.
Ketika angka yang ditampilkan pada aplikasi keluar dari parameter normal, maka akan muncul sinyal kondisi bahaya dan muncul instruksi kepada pengguna. Misalnya, pengguna dianjurkan untuk menghindari lokasi ketika temperatur terlalu rendah ataupun memakai masker ketika lingkungan terkontaminasi partikel debu.
Dan yang paling penting, tambah Azis, alat ini bisa dikalibrasi sesuai kebutuhan pengguna. Karena setiap pengidap asma masing-masing memiliki riwayat tersendiri. Sementara standar parameter SANBAV diatur memakai data rata-rata yang paling valid.
“Jadi bisa memasukkan secara manual data parameter pencetus asma masing-masing individu yang disesuaikan dengan kondisi aktual pengguna. Jadi alat kita tidak kaku, bisa dikalibrasi menyesuaikan dengan kondisi pengguna masing-masing,” tegasnya.
Nardo, anggota tim yang bertugas membuat aplikasi, menambahkan bahwa penyebab asma ada yang bisadipredikasi dan tidak bisa diprediksi.Kesemuanya telah dijelaskan dalam guide book aplikasi SANBAV. Didalamnya juga terdapat literatur lengkap berdasarkan referensi kedokteran yang terbaru dan teraktual.