Selasa 29 Nov 2016 16:07 WIB

Peserta Sebelas Negara Ikuti Mahathir Global Peace School di UMY

Sesi diskusi dalam Mahathir Global Peace School.
Foto: Dokumen
Sesi diskusi dalam Mahathir Global Peace School.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Program Mahathir Global Peace School (MGPS) ke-5 tahun ini yang berlangsung di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) diikuti  36 peserta dari sebelas negara. Mereka berupaya membangun framework tentang perdamaian melalui dialog bersama.

Kesebelas negara antara lain Uzbekistan, Filipina, Malaysia, Yaman, Inggris, Bangladesh, Uganda, India, Polandia, Indonesia, dan Thailand. Program kerja sama UMY dengan PGPF (Perdana Global Peace Foundation), ini berlangsung selama 10 hari. 

Hazel Jovita, peserta asal negara Filipina yang saat ini tengah menempuh studi program Doktor di UMY, mengungkapkan progam MGPS 5 yang mengangkat isu perdamaian, sesuai dengan latar belakang studi ilmu politik yang ia ambil. Sedangkan di negara asalnya sendiri, isu perdamaian juga menjadi topik yang sangat umum karena beberapa konflik masih terjadi di Filipina.

"Program ini juga menarik karena para peserta berasal dari beragam negara dengan latar belakang yang juga berbeda, sehingga dalam setiap diskusi akan membuat pandangan kita semakin meluas,” kata dia, dalam siaran pers, Selasa (29/11).

Setelah MGPS 5 berakhir, Hazel berencana untuk segera menyelesaikan studi dan disertasinya, kemudian kembali ke Filipina. Di sana ia bermaksud membuat forum yang mirip dengan MGPS yang juga mengangkat perdamaian sebagai topik utama. 

Sementara itu, Imdad H Shezad, jurnalis asal Inggris yang bekerja di World Peace Ambassador, mengungkapkan program MGPS akan sangat membantu masyarakat yang ingin membangun harmoni dan toleransi. 

Menurutnya, keberagaman peserta dari berbagai negara juga dinilai sebagai salah satu poin plus dalam penyebaran nilai-nilai perdamaian ke seluruh dunia.

Selain isu perdamaian, pada tema MGPS kali ini membahas worldwide education sebagai perannya dalam menciptakan perdamaian. “Sehingga para peserta dapat saling berdialog untuk pendidikan yang lebih baik,” katanya. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement