REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Lima mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMS) menciptakan alat pengecek golongan dan rhesus darah secara cepat yang berguna untuk meminimalkan kegagalan transfusi darah ketika seseorang mengalami kecelakaan.
Ditemui di kampus setempat, Kamis (27/4), Satria Manggala Liastra (18) bersama keempat rekannya yaitu Aisyah Fadhilah (20), Lina Nur Hidayaturrohmah (20), M Thoriq Satria Dinata (18) dan Angga Dimas (18) menamakan alat tersebut "Goldarhes".
Satria mengatakan, menurut data survei tahun 2016 ada sekitar 1,4 juta orang meninggal karena kelalaian dalam transfusi, oleh sebab itu dirinya beserta kelompok berinisiatif untuk meminimalkan data tersebut dengan menciptakan alat pengecekan darah yang akurat sebagai langkah awal untuk menentukan golongan darah dan rhesusnya.
"Dengan alat Goldarhes ini pengecekan darah akan lebih akurat secara cepat yakni hanya dengan waktu 10- 15 detik. Jadi bisa membantu PMI meminimalkan kematian yang disebabkan oleh penentuan golongan darah yang akan digunakan untuk transfusi," katanya.
Ia menjelaskan, sistem kerja Goldares hanya dengan meletakkan sampel darah pada empat wadah yang berukuran sekitar 30x10 centimeter dan menyediakan empat reagen atau cairan pengujinya, yakni anti A, anti B, anti AB dan anti D. "Untuk anti A, B dan AB ini untuk menentukan golongan darah dilihat dari penggumpalannya. Kemudian untuk reagen D untuk penguji jenis rhesus darah," katanya.
Alat ini terdiri dari tiga ruang dan bekerja secara otomatis. "Bagian awal terdapat wadah yang digunakan untuk meletakan sampel darah dan juga meneteskan reagen," ujarnya.
Setelah proses tersebut, sampel darah akan bergeser ke tahap prosesing yang berada di ruang kedua. Yakni tahap pengadukan dan pembacaan intensitas cahaya yang dihasilkan dari penggumpalan darah.
"Semua prosesnya menggunakan sensor. Untuk rhesus pembacaan dilakukan dengan intensitas cahaya gumpalan, jika gumpalan semakin banyak maka intensitas cahaya semakin tinggi dan berarti golongan darah tersebut memiliki rhesus negatif," tuturnya.
Salah satu anggota, Aisyah Fadhilah mengatakan, saat ini kelompoknya masih menggunakan pengadukan manual. Nantinya mereka akan memodifikasi lagi agar bisa mengaduk secara otomatis.
Dia menambahkan, pembacaan data pada alat ini dapat terlihat pada LCD yang diletakkan pada ruang ketiga. "LCD disinkronkan dengan aplikasi android sehingga bisa tersimpan sebagai riwayat pengecekan darah," katanya.
Selain itu, alat inovasi yang dirancang dengan biaya Rp 4 juta ini berkesempatan untuk mendapatkan mengurus hak paten karya yang didanai oleh UM Surabaya karena telah berhasil menjuarai Produk Inovasi Mahasiswa yang dilombakan tingkat universitas. "Dengan pengurusan hak paten di kemudian hari dapat diproduksi massal. Alat ini dibuat dengan bentuk yang kecil memang agar praktis dibawa saat keadaan darurat klinis atau disimpan di rumah," ujarnya.