REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ustadz Yusuf Mansur menyarankan IPB segera mengelektrifikasi transaksi di lingkungan kampus. Kampus adalah 'sekoci' di tengah banjir perusahaan rintisan (startup) dan perusahaan penyedia jasa keuangan berbasis teknologi informasi (fintech).
Komisaris Utama sekaligus pemilik PT Veritra Sentosa Internasional (Treni) Ustaz Yusuf Mansur menjelaskan, dengan Treni membuat Payten, Ustaz Yusuf ingin membangun 'sekoci'. Nyaris tak ada industri fintech yang tidak digarap asing dan mereka sudah masuk ke Indonesia. Sayangnya, banyak transaksi di berbagai institusi belum terintegrasi dan dielektrifikasi.
Ustaz Yusuf menyadari transaksi adalah data. Dengan membuat Payten, Ustaz Yusuf ingin membangun 'sekoci'. Nyaris tak ada industri fintech yang tidak digarap asing dan mereka sudah masuk ke Indonesia.
Kalau di IPB ada 30 ribu sivitas akademika, maka sehari saja 30 ribu transaksi per hari. Bila diikuti ekosistemnya, jumlah transaksinya akan amat besar dan nilainya akan luar biasa.
''Bayangkan kalau kampus jadi sekoci-sekoci baru. Anggaran IPB dugaan saya setahun Rp 1,5 triliun. Masih bagus yang datang untuk itu dari kita juga, kalau yang datang asing?'' ungkap Ustaz Yusuf dalam Tasyakur Peluncuran Departemen Ilmu Ekonomi Syariah di IPB Convention Center, Selasa (16/5).
Kalau IPB bisa menggerakkan, aneka transaksi di IPB bisa nontunai dalam sebulan. Kalau itu terjadi, valuasi di perguruan tinggi sekitar Rp 2 triliun. Bila seteleh valuasi bagus kemudian 20 persen kepemilikan dilepas, APBN yang dihemat untuk perguruan tinggi akan signifikan.
''Teknologi sekarang gila banget. Sudah mulai rilis teknologi nomor ponsel berdasarkan frekuensi otak. Kita sudah di masa depan,'' kata Ustadz Yusuf.
Paytren sudah 23 negara. Umat harus membuka mata, di industri fintech, Muslim dan orang Indonesia masih sedikit. Semua yang sedikit itu jadi pemenang.