Senin 12 Jun 2017 14:07 WIB

Mahasiswa IPB Teliti Okra Merah Pencegah Diabetes

Buah Okra
Foto: IPB
Buah Okra

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Lima mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) meneliti inovasi produk pangan yang memiliki manfaat mencegah diabetes mellitus (DM). Produk pangan yang salah satunya dikembangkan menjadi jelly ini menggunakan bahan baku dari tanaman Okra.

Okra (Abelmoschus esculentus L.) merupakan tanaman tropis yang sudah lazim dikonsumsi masyarakat. Buah yang dikenal dengan nama lady’s finger ini mengandung vitamin A, B1, C, dan E yang berperan sebagai antioksidan. Okra dikenal memiliki manfaat dalam membantu mencegah konstipasi, menurunkan risiko kanker, dan menurunkan kadar gula darah pada pengidap diabetes.  

Aghniya Nailah Rifdah bersama empat mahasiswa Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam Program Kreativitas Mahasiswa yaitu Megia Anjarini, Ulisita Sofia, Diana Anggraeni, dan Jenny Pramudhita pun meneliti manfaat tanaman ini.

“Meskipun okra terbukti memiliki efek hipoglikemik, namun hal tersebut baru diujicobakan kepada hewan, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruhnya terhadap penurunan kadar gula darah pada pengidap diabetes”, ucap Aghniya seperti dikutip dari keterangan pers IPB yang diterima Republika.co.id, Senin (12/6).

Pengolahan okra di masyarakat untuk dijadikan bahan makanan masih hanya sebatas dalam bentuk segar maupun sayur. Meskipun lazim dikonsumsi masyarakat, namun penggunaannya masih terbatas lantaran lendir yang dihasilkan oleh buahnya.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti melakukan modifikasi pada penyajian pangan berbahan okra. Okra perlu dikembangkan menjadi sebuah produk pangan, seperti jelly drink (minuman jeli).

Produk ini sangat disukai oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia. Minuman jeli ini diharapkan dapat menjadi alternatif minuman pencegah diabetes mellitus tipe 2 yang aman dan praktis untuk dikonsumsi.

Silent killer

Diabetes melitus disebut sebagai salah satu silent killer (penyebab kematian diam-dia). Penyakit ini sering tidak disadari oleh penyandangnya dan saat diketahui sudah terjadi komplikasi seperti gangguan pada mata, gangguan pada ginjal, luka sulit sembuh, gangguan pembuluh darah, stroke, dan sebagainya.

Berawal dari kekhawatiran terhadap penyakit DM  tipe 2 yang merupakan salah satu penyakit mematikan nomor tiga di Indonesia, membuat Aghniya dan kawan kawan tergerak mencari solusi.

DM tipe 2 tidak dapat disembuhkan, sehingga diperlukan pengaturan dari diet, pola hidup dan obat-obatan untuk dapat mengontrol kadar gula darah. Mekanisme kontrol kadar gula darah salah satunya dengan menghambat enzim penghidrolisis karbohidrat seperti enzim alfa-glukosidase.

Akan tetapi, menurut beberapa penelitian yang pernah dilakukan, terapi DM tipe 2 akan lebih efektif apabila penggunaan senyawa penghambat alfa-glukosidase dikombinasikan dengan antioksidan.

DM tipe 2 diawali dengan gejala hiperglikemia postpandrial, yaitu peningkatan kadar glukosa darah dengan cepat setelah makan. Hiperglikemia dapat menyebabkan stres oksidatif yang nantinya dapat memperburuk kondisi penderita DM serta menyebabkan berbagai komplikasi.

Stres oksidatif merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan dalam tubuh, yang dapat menimbulkan kerusakan sel. Stres oksidatif dapat dicegah salah satunya dengan mengonsumsi pangan sumber antioksidan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement