REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Institut Prancis di Indonesia (IFI) dan Kedutaan Besar Prancis di Indonesia turut mengampanyekan hari antikekerasan terhadap perempuan. Bekerja sama dengan UN Women Indonesia, mereka menggelar acara yang berlangsung di Auditorium IFI, Jakarta, Sabtu (25/11).
Acara menekankan pentingnya penghapusan kekerasan terhadap perempuan dan pencapaian kesetaraan gender. Rangkaiannya termasuk pemutaran dan diskusi film Des femmes et des hommes (perempuan dan laki-laki).
Duta Besar Prancis untuk Indonesia dan Timor Leste Jean-Charles Berthonnet akan dijadwalkan membuka acara. Undangan yang dipastikan hadir termasuk perwakilan UN Women untuk ASEAN Sabine Machl serta para duta besar negara-negara Uni Eropa.
Kampanye tersebut berlangsung secara global mulai 25 November (hari antikekerasan terhadap perempuan) sampai 10 Desember (hari hak asasi manusia). Selama 16 hari, organisasi di seluruh dunia menyerukan untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan.
Setiap tahun, Sekretaris Jenderal PBB turut mengampanyekan UNiTE to End Violence Against Women untuk membuka diskusi mengenai topik tersebut. Beberapa tahun terakhir, kampanye menggunakan warna oranye sebagai tema sehingga dijuluki Orange the World.
Warna itu dipakai untuk menggambarkan masa depan cerah bagi perempuan, bebas dari kekerasan. UN Women Representative and Liaison to ASEAN, Sabine Machl, menyebut pentingnya kampanye karena satu dari tiga perempuan di Indonesia dan di dunia masih mengalami kekerasan dalam hidupnya.
"Setiap orang memiliki peran penting untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak perempuan, termasuk mulai bicara dan bertindak untuk menghentikan siklus tersebut," kata Machl dalam pernyataan resminya.