Rektor Universitas Amikom Yogyakarta sekaligus penulis Battle of Surabaya, Suyanto menerangkan, ini raihan ketiga setelah menang di Nice International Filmmaker Festival 2017, dan terpilih di Berlin International Film Festival 2017.
Milan International Filmmaker Festival merupakan bagian dari The Film Festival International, rangkaian festival film bergengsi yang ada di kota-kota Eropa. Setelah ini, ia mengungkapkan, Battle of Surabaya mengincar festival-festival Eropa lain.
"Pertama di Madrid, terus London dan Amsterdam," kata Suyanto saat dihubungi Republika.co.id, Senin (4/12).
Sejauh ini, lanjut Suyanto, Battle of Surabaya telah didaftarkan ke dua festival, karena satu festival baru dibuka pendaftarannya pada 2018. Bulan ini, film animasi 2D tentang pertempuran 10 November 1945 di Surabaya itu akan pula masuk ke pasar film Cina.
Selain itu, Battle of Surabaya sedang dalam proses negosiasi untuk masuk ke pasar daring (online) Amazon. Bahkan, Suyanto menuturkan, antara Juni atau Juli 2018 mendatang, film karya sutradara Aryanto Yuniawan akan masuk pasar Jepang.
"Memang pelan-pelan, tapi kita optimis," ujar Suyanto.
Suyanto, mengungkapkan rasa senangnya atas penghargaan yang diberikan. Sebagai pembuat, ia merasa penghargaan-penghargaan yang diterima di luar ekspektasinya.
"Ini luar biasa," kata Suyanto.
Ia mengaku tidak menyangka bisa mendapatkan penghargaan dalam salah satu festival film bergengsi dunia Milan International Filmmaker Festival. Penghargaan ini sendiri menjadi yang ketiga setelah menang di Nice dan Berlin.
Selain itu, Suyanto memberikan apresiasi kepada Counsellor Pensosbud KBRI Roma, Charles F Hutapea, yang memfasilitasi pelajar-pelajar menerima penghargaan tersebut. Terlebih, ia sebagai pembuatnya maupun MSV Pictures tidak menerima secara langsung ke Italia.