REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Universitas Brawijaya (UB) melalui Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) saat ini tengah merancang pedoman disabilitas dari aspek Fiqih. Rancangan ini tak hanya melibatkan para peneliti di UB tapi tokoh agama juga seperti Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Ketua PSLD UB, Fadhilah Putra menerangkan, pedoman disabilitas sangat penting agar bisa menjadi pegangan para pengelola lembaga pendidikan. "Diharapkan bisa jadi bahan dasar dalam merumuskan kebijakan sehingga dapat dijadikan panduan pengelola kelembagaan pendidikan umum maupun keagamaan," kata Fadhilah saat ditemui, Rabu (20/12).
Fadhilah mengutarakan, ide ini muncul karena melihat berbagai kendala yang dihadapi para penyandang disabilitas dalam mengeyam pendidikan. Menurut dia, belum 100 persen institusi yang mengakomodasi layanan untuk para disabilitas. Dengan adanya panduan ini, dia berharap dukungan untuk para penyandang disabilitas semakin luas sehingga bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada mereka.
"Dan kalau ada pedoman ini, kepala program studi yang mungkin ada yang menolak bisa diyakinkan dengan data secara ilmiah dan relijius ihwal penyandang disabilitas," kata dia.
Di sisi lain, Fadhilah menambahkan, pembahasan ini juga sebenarnya bermula dari diskusi yang dilakukan pihaknya beberapa waktu lalu. Dari situ, PSLD ternyata menemukan persoalan potensial yang dihadapi para penyandang disabilitas dalam aktivitas kegamaan. Untuk itu, pihaknya mengadakan verifikasi ke lapangan dengan menyurvei di tiga lokasi di Jawa Timur.
"Kita lakukan survei di tiga tempat, yakni Sampang, Tulungagung dan Jombang," kata dia.
Dari survei yang dilakukan di tempat yang dianggap lebih bernuansa santri ini, PSLD pun mulai menemukan beberapa rumusan masalah. Dari temuan itu pun dijadikan sebagai bahan untuk merancang Fiqih Disabilitas yang saat ini masih berlangsung.