REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Obesitas atau kegemukan merupakan masalah global yang berdampak pada meningkatnya morbiditas (angka kesakitan) serta pengaruhnya terhadap peningkatan mortalitas (angka kematian) pada orang dewasa di dunia.
Obesitas terkait dengan morbiditas dan mortalitas pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan produktivitas akibat ketidakhadiran dalam bekerja, penurunan kualitas hidup, dan kematian dini.
Tiga orang peneliti dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB), yaitu Drajat Martianto, Arnati Wulansari, dan Yayuk Farida Baliwati melakukan penelitian tentang estimasi kerugian ekonomi akibat obesitas di Indonesia.
“Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi kerugian ekonomi akibat obesitas pada orang dewasa di Indonesia. Estimasi kerugian ekonomi akibat obesitas dapat diukur dengan menghitung biaya perawatan kesehatan, nilai ekonomi produktivitas yang hilang akibat kematian dini, dan nilai ekonomi produktivitas akibat ketidakhadiran kerja,” kata Drajat dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (3/1).
Ia menambahkan, subjek yang digunakan pada penelitian ini merupakan proyeksi jumlah penduduk masing-masing provinsi dan Indonesia (berusia 18-64 tahun). Data yang digunakan tim ini antara lain bersumber dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, yaitu rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk rawat inap dan rawat jalan dan jumlah hari perawatan.
Juga data yang bersumber dari Sistem Informasi Rumah Sakit 2013 yaitu jumlah kematian akibat komorbiditas (kanker, diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung iskemik, osteoartritis, dan stroke) serta dari beberapa unit data terkait lainnya.
Drajat menjelaskan, biaya perawatan kesehatan diestimasi dari perkalian proporsi kejadian komorbiditas pada populasi obesitas, jumlah penduduk yang mengalami obesitas, dan rata-rata biaya perawatan.
Nilai ekonomi produktivitas yang hilang akibat kematian dini diperoleh dari perkalian jumlah kematian, tingkat partisipasi kerja, dan upah yang diterima setiap tahun, yang kemudian dibagi dengan discount rate dipangkatkan dengan tahun hidup yang hilang, sedangkan nilai ekonomi produktivitas yang hilang akibat ketidakhadiran kerja diperoleh dari perkalian jumlah penduduk yang mengalami obesitas, jumlah hari tidak masuk kerja, tingkat partisipasi kerja, dan upah yang diterima per hari.
Dari hasil penelitiannya, tim ini mendapati bahwa biaya perawatan kesehatan diestimasi sebesar Rp 56,487 triliun per tahun. Nilai ekonomi produktivitas yang hilang akibat kematian dini sebesar Rp 1,597 triliun per tahun.
Nilai ekonomi produktivitas yang hilang akibat ketidakhadiran kerja diestimasi sebesar Rp 20,394 triliun per tahun. Total kerugian ekonomi akibat obesitas di Indonesia sebesar Rp 78,478 triliun per tahun, setara dengan 0,9 persen Produk Domestik Bruto Indonesia.
“Hasil ini menunjukkan bahwa obesitas bukan hanya masalah kesehatan, melainkan juga berimplikasi pada masalah ekonomi yang menyebabkan beban ekonomi keuangan negara yang besar. Maka pentingnya dilakukan upaya promosi kesehatan untuk mengurangi konsekuensi negatif obesitas,” ujar Drajat.
Maka dari itu, penting bagi pemerintah untuk dapat membuat kebijakan yang bersifat promotif sejak dini. “Di antaranya dengan memasukkan pendidikan gizi dalam kurikulum sekolah, dan adanya regulasi disertai dengan fasilitas yang mendukung gaya hidup sehat dengan mengatur pola makan menggunakan prinsip gizi seimbang dan aktivitas fisik yang cukup,” papar Drajat Martianto.