REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Era teknologi digital, telah menyebabkan mahasiswa menjadi malas menulis. Maka zaman now, mahasiswa dianggap sebagai konsumen tulisan.
Kondisi ini makin dipertegas oleh kendala bahasa yang dimiliki mahasiswa sepanjang perkuliahan. Akhirnya, tradisi menulis di kalangan mahasiswa bukan hanya rendah. Tapi juga berimplikasi lemahnya penelitian yang berasal dari generasi muda. Kondisi ini makin dipertegas oleh kendala bahasa yang dimiliki mahasiswa sepanjang perkuliahan.
Berangkat dari realitas itulah, mahasiswa program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Indraprasta PGRI meluncurkan buku Oasis dari Kampus di Kampus Unindra PGRI Jakarta, Sabtu (3/3).
Buku yang menyajikan tulisan hasil liputan mahasiswa seputar kampus, menyangkut kelebihan, kelemahan, peluang, dan ancaman kampus sebagai tantangan yang menyelimuti dunia perguruan tinggi. Dengan bimbingan dosen pengampu mata kuliah Jurnalistik, Syarifudin Yunus, sekitar 120 mahasiswa menuliskan berita fakta sebagai representasi keterampilan menulis secara kritis.
“Buku Oasis dari Kampus menjadi bukti mahasiswa harus berani menulis, bukan hanya berbicara. Dengan menulis setiap ide harus bisa dipertanggungjawabkan. Di tengah gempuran era digital seperti sekarang, saya mengharuskan mahasiswa untuk menulis. Agar pikiran mereka terbuka. Menulis lebih penting daripada bicara,” ujar Syarifudin Yunus di sela peluncuran buku tersebut dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (5/3).
Peluncuran buku ini sekaligus untuk mendekatkan mahasiswa dengan aktivitas jurnalistik. Karena di tengah dinamika politik dan media sosial, mahasiswa harus paham cara kerja jurnalistik sebagai proses dan keterampilan. Mahasiswa harus bisa memilah mana fakta mana opini dan mana yang pantas diketahui publik.
“Ke depan, mahasiswa harus menjadikan menulis sebagai perilaku. Dan untuk itu, dosen harus menjadi contoh. Karena menulis bukan pelajaran tapi keberanian dan perilaku,” tambah Syarifudin.
Ia menambahkan, dengan mengandalkan sikap kritis, kemampuan reportase, wawancara pada akhirnya mahasiswa belajar untuk menulis berita. Kampus sebagai basis pemikiran generasi muda, tentu harus dituangkan ke dalam tulisan bukan ocehan.
Karena itu, kata Syarifudin, buku Oasis Dari Kampus dihadirkan agar fokus pada esensi bukan sensasi. “Di tengah lemahnya tradisi menulis mahasiswa saat ini, buku ini seperti oasis perilaku menulis di gurun tandus dunia penulisan generasi muda,” papar Syarifudin Yunus.