REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Heri Supomo, merancang prototipe sebuah kapal menggunakan bahan dasar bambu. Kapal bambu ini ditawarkan sebagai alternatif pengganti kapal berbahan kayu, yang semakin langka saat ini.
Heri meyakinkan, kapal berbahan dasar bambu ini memiliki kekuatan yang lebih tinggi dibanding kayu, keamanan yang lebih terjamin, serta harga yang mencapai 50 persen lebih rendah dari harga kapal kayu. Alasan penggunaan bambu sebagai bahan dasar adalah karena populasinya yang melimpah dan memiliki masa panen yang sangat singkat jika dibandingkan dengan kayu.
"Bambu bisa dipanen dalam waktu tiga tahun, sedangkan kayu baru dapat dipanen saat 25 hingga 30 tahun tanam," kata dosen Departemen Teknik Perkapalan ITS di Surabaya, Selasa (6/3).
Heri mengaku, penelitiannya tersebut sudah dirintis sejak 2008. Dalam prapenelitian selama dua sampai tiga tahun, peraih Medal of Distinction dari Royal Institute of Naval Architects (RINA) Inggris itu sudah mulai membentuk tim dan melakukan kajian-kajian pustaka.
Setelah ia menemukan dasar-dasar yang meperkuat penelitiannya, Heri dan tim lanjut pada tahap penelitian dasar. Dalam penelitian ini, Heri menggandeng beberapa dosen di jurusannya beserta mahasiswanya untuk bekerja sama dalam meneliti kekuatan, mekanikal propertis, sifat-sifat fisis, dan konsep-konsep dasar pemilihan material.
Pada penelitian dasar yang dilakukan, didapatkan jenis bambu dengan kualitas terbaik. Jenis bambu yang digunakan dalam inovasi ini adalah betung. "Bambu jenis ini adalah jenis terbaik apabila dilaminasi memiliki nilai kuat tarik dan tekan lebih baik daripada kayu jati. Yaitu sebesar 130 N/mm2 dan 50.73 N/mm2 serta renggangan mencapai 8,93 persen," ujar Heri.
Tak hanya itu, berdasarkan perhitungan Heri dan tim, kekuatan konstruksi dengan bambu laminasi didapatkan pengurangan tebal kulit sebesar 27 persen pada kapal ikan 30 GT, jika dibandingkan dengan kayu jati. Hal tersebut menunjukkan, bambu laminasi memiliki ketahanan dan nilai elastisitas yang baik ketika diberi beban tarik maupun tekan.
Proses pembuatannya juga lebih mudah dan fleksibel karena tidak ada ukuran baku, tetapi menyesuaikan dengan kebutuhan pembuatan kapal, tambah pendiri paguyuban Laskara yang menaungi industri galangan kapal di seluruh Jawa Timur tersebut.