REPUBLIKA.CO.ID, B0GOR -- Himpunan Mahasiswa Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) mengadakan Workshop Peternakan dan Lomba Business Model Canvas (BMC), Sabtu (28/4). Bertempat di Auditorium Janes Humuntal Hutasoit (JHH), Fakultas Peternakan (Fapet) IPB, Dramaga, Bogor, seminar ini mengangkat tema “Meningkatkan Pengetahuan tentang Prospek Peternakan kepada Masyarakat Umum khususnya Pra Pensiun dengan Basis Agribisnis Peternakan.
Acara ini dihadiri sekitar 120 orang dari berbagai kalangan, antara lain mahasiswa IPB, mahasiswa dan masyarakat umum.
Seminar ini membahas prospek, peluang serta praktik bisnis peternakan di lapangan. Para pakar dan praktisi di bidang peternakan yang hadir menjadi narasumber adalah Dr Sri Rahayu (dosen Fapet IPB), Budi Susilo Setiawan (pemilik MT Farm), Subarkah dan Ahmad Anwari (peternak jangkrik Bekasi).
Peternak sukses yang merupakan alumni IPB, Budi Susilo Setiawan dalam paparannya mengatakan, permasalahan yang dihadapi peternak Indonesia adalah kualitas produk peternakan yang masih fluktuatif. Intinya, dalam bisnis itu pengusaha harus baik dalam setiap urusan.
Budi merasakan banyak keberkahan dalam usahanya di dunia peternakan. Dari beternak, alumni Fapet IPB ini bahkan sekarang mempunyai usaha catering, properti dan agrowisata.
“Apapun usaha yang kita akan lakukan, cukup berpegang pada empat hal yaitu yakin bahwa usaha ini adalah hal baik, berusaha optimal, perbanyak ilmu dan sabar. Jangan sampai anak peternakan tidak punya ternak atau tidak bisa jualan ternak. Bisnis itu bicara realistis bukan idealis. Ketika karkas impor yang lebih murah hadir menjadi ancaman bagi peternak, kita harus bergerak cepat,“ ujar Budi dalam rilis IPB yang diterima Republika.co.id, Rabu (2/5).
Dr Sri Rahayu menjelaskan tentang perkembangan dunia peternakan Kambing Domba (Kado) di Indonesia. Mulai dari prospek ternak, populasi Kado, keunggulan ternak Kado, membantah stigma negatif mengenai daging Kado yang tinggi kolesterol serta membandingkan sistem pemeliharaan Kado di Indonesia dan di negara lain (Australia dan New Zealand).
Mahasiswa IPB harus punya peternakan.
Selain kambing dan domba, peserta juga mendapatkan ilmu mengenai bisnis dan usaha jangkrik. Bisnis jangkrik ini masih awam di kalangan masyarakat. Padahal prospek jangkrik sangat prospektif merujuk pada permintaan pasar yang tinggi, tidak membutuhkan investasi yang besar dalam memulai usaha serta dapat dilakukan di tempat yang sempit.
Proses panen yang memakan waktu singkat (hanya sekitar 22 hari) ini menjadikan usaha ternak jangkrik sangat potensial untuk dikembangkan.
“Kita harus memiliki pengetahuan dalam beternak jangkrik, paham pasar jangkrik seperti apa, membuat kandang yang sesuai, manajemen pakan yang baik dan melakukan kontrol rutin. Resiko terbesar usaha ternak jangkrik terletak pada serangan predator karena dapat mengurangi jumlah jangkrik yang dapat dipanen ataupun dalam proses peneluran bibit jangkrik. Namun, dengan perlakuan yang tepat hal ini dapat diantisipasi,” sebut Anwari dan diamini oleh Subarkah.
Pada kesempatan ini, diumumkan Juara I untuk kompetisi Business Model Canvas (BMC) diraih oleh mahasiswa Departemen Proteksi Tanaman (PTN) IPB. Tim yang terdiri dari Natassa Kusumawardani, M. Gagah Saptarengga, Rima Wulansari dan Melinda Agustina ini melahirkan produk “criquet cakes”, cake lezat berbahan dasar tepung jangkrik.