REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Tiga mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mencoba mengembangkan penelitian dan memanfaatkan khasiat bawang merah yang bisa dimanfaatkan untuk membantu mencegah penyebaran kanker, terutama kanker payudara. Ketiga mahasiswa yang dimaksud adalah Alvin Romadhoni Putra, Iftyna Dewi Umaroh, dan M Izzudin Jifaturrohman.
Alvin menjelaskan, penelitian yang dilakukan dilatar belakangi rasa prihatin terhadap ancaman penyakit kanker payudara, yang merupakan salah satu penyumbang kematian terbesar bagi wanita.
Hal ini turut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO), yang mencatat jumlah pasien kanker payudara mencapai 13 juta jiwa dalam kurun waktu empat tahun (2008-2015).
Alvin mengungkapkan, bawang merah dipilih sebagai bahan utama karena mengandung senyawa kuersetin, yang sebenarnya senyawa tersebut juga dimiliki buah apel, brokoli, dan bayam.
“Akan tetapi kandungannya tidak sebanyak yang ada di dalam bawang merah,” ujar Alvin dalam pesan singkatnya, Rabu (25/7).
Senyawa kuersetin, kata Alvin, diyakini mampu menginduksi apoptosis dan menghambat sel kanker payudara. Di samping itu, juga memiliki efek meningkatkan efikasi cisplatin yang merupakan salah satu obat kanker seperti kanker ovarium, kanker kolon dan kanker paru-paru.
“Sehingga bawang merah ini dapat dijadikan sebagai agen antikanker,” kata mahasiswa Departemen Kimia tersebut.
Selain berperan sebagai senyawa yang mampu mendeaktifkan banyak karsinogen potensial dan pemicu tumor, ternyata kuersetin memiliki sifat kelarutan, biovailibilitas, sifat hidrofobik dan permeabilitas yang buruk.
Oleh karena itu, tim yang berada di bawah bimbingan Endang Purwanti Setyaningsih ini menginisiasi untuk membuat kuersetin lebih larut dalam tubuh. “Kami melakukan proses nanoenkapsulasi dan nanocarriernya bovine serum albumin,” kata Alvin.
Penggunaan bovine serum albumin atau BSA (protein sapi) berguna sebagai pembawa si kuersetin ke dalam tubuh dalam bentuk nanoenkapsulasi. Selain itu, adanya kantong hidrofobik dalam BSA akan mempermudah proses reaksi dengan kuersetin.
“Dengan dilakukannya nanoenkapsulasi kuersetin-BSA dapat meningkatkan kinerja kuersetin sebagai antikanker yang tepat sasaran pada sel kankernya tanpa merusak sel lain di sekitarnya,” ujar mahasiswa angkatan 2016 tersebut.
Alvin mengatakan, dalam melakukan penelitian tersebut tidaklah mudah. Timnya sempat mengalami kegagalan dalam proses nanoenkapsulasi dan pembuatan ekstrak yang tidak sesuai. Namun, adanya kesungguhan dan kerja keras tim akhirnya mampu menghasilkan salah satu penawar yang diharap dapat membantu mencegah terjadinya kanker payudara.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan turut menyumbang informasi yang sangat bermanfaat bagi bidang kesehatan di Indonesia.
Hal ini dikarenakan kematian akibat kanker payudara setiap tahunnya semakin meningkat, sehingga diperlukan aksi dan tindakan tegas untuk mencegahnya. “Alangkah baiknya juga jika ke depannya akan ada penelitan serupa yang lebih inovatif,” kata Alvin.