REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kasus ratusan mahasiswa yang diduga dieksploitasi oleh oknum tertentu di Taiwan hingga saat ini belum menemukan titik cerah. Namun begitu, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir tetap akan memberangkatkan 1.320 mahasiswa politeknik untuk melanjutkan studi ke Taiwan.
1.320 mahasiswa tersebut direkrut melalui program Industry Academia Collaboration yang bekerja sama dengan delapan universitas terkemuka di Taiwan. Menurut Nasir, pemberangkatan ribuan mahasiswa tersebut akan dibagi menjadi dua kloter.
Kloter pertama, sekitar 320 mahasiswa dan akan diberangkatan pada bulan Januari dan Februari 2019. Sedangkan kloter kedua, sekitar seribu mahasiswa lagi akan dipersiapkan pada bulan Maret dan April tahun 2019.
“Yang akan kami kirim (melalui program Industry Academia Collaboration) itu sudah diminta agar segera berangkat. Intinya program ini akan tetap berjalan,” kata Nasir kepada wartawan, Kamis (3/1).
Dia memastikan delapan kampus yang menjadi mitra beserta aturan-aturan dalam program Industry Academia Collaboration telah dirancang secara baik dan menguntungkan ke dua belah pihak. Dia menceritakan, nantinya mahasiswa yang mengikuti program Industry Academia Collaboration akan belajar selama kurang lebih dua tahun.
Pada tahun pertama, mahasiswa akan belajar dan melakukan praktik di laboratorium kampus masing-masing di Taiwan. Adapun untuk tahun kedua mahasiswa akan melakukan praktek langsung di industri.
“Kenapa tahun kedua praktik di industri? Agar mahasiswa bisa mengimplementasikan kemampuan dan teorinya selama kuliah. Dan nanti setelah lulus bisa dapat sertifikat kompetensi (dari industri) sekaligus ijazah (dari kampus),” jelas Nasir.
Sementara itu, diketahui, hingga saat ini pemerintah Indonesia tengah menyelidiki dugaan kasus eksploitasi mahasiswa Indonesia di Taiwan. Masalah dugaan eksploitasi mahasiswa Indonesia ini bermula dari tawaran skema mahasiswa melalui program New Soutbound Policy, yaitu kebijakan pemerintah Taiwan untuk kerja sama dan pertukaran pelajar dengan negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Mahasiswa tersebut diduga dijebak oleh oknum pelaksana dengan iming-iming akan mendapatkan beasiswa kuliah di Taiwan.
Dari laporan yang diterima Kemenristekdikti, para mahasiswa yang diduga dijebak tersebut mayoritas perempuan. Mereka diduga mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan seperti dipaksa bekerja selama 10 jam dalam satu hari dengan bayaran yang murah.