REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Siswa kelas III Sekolah Dasar (SD) berada dalam tingkat perkembangan operasional yang konkret. Artinya, mereka akan lebih memahami konsep bila mengamati atau melakukan sesuatu sebagai pengalamannya sendiri.
Kebutuhan penggunaan media pembelajaran menjadi tidak terbantahkan. Melalui media itu, siswa-siswa tidak akan merasa dirinya sedang belajar, dan nanti mereka akan belajar tanpa tekanan dan jadi menyenangkan.
Hal itulah yang melatarbelakangi tiga mahasiswi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Kampus Wates mengembangkan media pembelajaran menarik. Mereka memilih permainan monopoli.
Mereka adalah Dania Irmayati, Ayun Likamulyanti, dan Andiaz Widya Putri. Mereka membuat pembelajaran tentang hak dan kewajiban, yang dibuat untuk memudahkan memahami materi sekaligus mengembangkan tingkat berpikir siswa.
Ayun menjelaskan, monopoli mampu dimanfaatkan karena permainan itu memang sudah sangat dikenal anak. Sehingga, anak sudah mengerti aturan dan tata cara mainnya yang tentu akan sangat memudahkan proses pembelajaran.
"Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa untuk belajar tentang kewajiban dan hak," kata Ayun.
Putri menjelaskan, cara bermain monopoli itu memang seperti permainan biasa, lalu siswa melempar dadu dan menjalankan pion. Jika siswa mendapatkan kartu yang berisi materi, siswa harus menyampaikan materi itu di depan.
Namun, jika kartu berisi soal-soal, siswa harus berdiskusi dengan kelompok jawabannya dan dipresentasikan di depan kelas. Bila siswa mampu menjawab soal, mereka mendapatkan satu bintang yang ditempel di papan bintang.
Ia menilai, media pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, meningkatkan antusias siswa dalam belajar. Selain itu, media itu bisa mempermudah proses pembelajaran agar siswa mampu memahami kewajiban dan haknya dengan baik. "Serta, dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa," ujar Putri.