REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta kembali mengukuhkan Guru Besar dalam bidang Ilmu Teknologi Pembelajaran, Dwi Sulisworo. Penelitian yang dilakukan terkait pemanfaatan teknologi informasi dan informatika dengan menerapkan mobile learning.
Tujuan penelitian ini yakni mengembangkan pendidikan terutama di wilayah Indonesia bagian timur. Sehingga dapat mengurangi celah kualitas pendidikan di Pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa.
Dwi mengatakan, ada celah terhadap kualitas pendidikan di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa. Celah tersebut lebih kepada kurangnya kebijakan pemerintah dalam pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan di Indonesia bagian timur.
"Gapnya pada tingkat kesadaran kebijakan pemerintah bagaimana teknologi itu bisa dimanfaatkan di luar Jawa. Dukungan kebijakan itu yang sangat kira harapkan untuk perbaikan pendidikan terutama di Indonesia timur," kata Dwi usai pengukuhannya sebagai guru besar di Kampus Empat UAD, Bantul, Kamis (8/8).
Mobile learning sebagai upaya pemerataan akses pendidikan berkualitas, tentu sangat dibutuhkan saat ini. Dwi pun telah menerapkan sistem ini dibeberapa wilayah di Indonesia bagian Timur.
"Yang sudah kami lakukan di Maluku Utara, NTT, paling banyak kabupaten di dalamnya itu. Lalu Kalimantan Barat," kata Dwi.
Kegiatan tersebut telah ia lakukan sejak 2011 lalu. Yang mana, melibatkan lebih dari 3.000 siswa, mulai siswa sekolah dasar dan sekolah menengah di tiga wilayah tersebut.
Tidak cukup hanya dengan penerapan mobile learning di tiga daerah di Indonesia bagian timur. Ia pun akan meneruskan ke daerah lainnya yang masuk dalam daerah terpencil dan pinggiran.
"Kami mungkin masih menambah ke wilayah Maluku Utara tapi yang terluar," lanjutnya.
Walaupun mobile learning ini sudah diterapkan, ia masih mengkhawatirkan keberlanjutan pemanfaatannya. Sebab, kebijakan pemerintah belum kuat dalam mendukung sistem tersebut.
Sementara, beberapa infrastruktur sudah memungkinkan. Bahkan, kemampuan tenaga didik dan semangat siswa di daerah itu sudah baik dalam memanfaatkan teknologi tersebut.
"Real-nya bagaimana tingkat pemanfaatan teknologi di sekolah itu menjadi sesuatu yang diperkenankan, bukan sesuatu yang dilarang. Itu perlu kebijakan dari pemerintah," kata Dwi.
Sementara itu, Rektor UAD, Kasiyarno mengatakan, pengukuhan ini mengartikan sudah ada lima guru besar di UAD. Tentunya, mendapatkan gelar guru besar bukan suatu hal yang mudah.
Sebab, memerlukan upaya dan perjuangan yang tidak mudah. Dengan bertambahnya guru besar di UAD, dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa di UAD.
Tidak hanya itu, peran dan tanggungjawab guru besar tidak hanya untuk UAD. Namun, juga dibutuhkan untuk membangun peradaban bangsa.
"Guru besar jabatan akademis tertinggi di perguruan tinggi. Peran dan tanggungjawab yg samgat penting dan ditunggu agar kehidupan bangsa ini lebih baik," kata Kasiyarno.
Ia mengatakan, guru besar tidak hanya dituntut menghasilkan suatu karya yang bersifat teoritis. Namun, karya tersebut harus berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat dan dapat menyelesaikan berbagai permasalahan sosial.
"Peran tersebut dapat digunakan dengan baik jika mengedepankan sikap terbuka, komunikatif dan lebih produktif. Harapannya, UAD semakin maju dengan hadirnya guru besar baru," ujarnya.
Kepala LLDIKTI Wilayah V, Didi Achjari mengatakan, dengan menjadi guru besar bukan berarti selesai dalam mempelajari sesuatu. Namun, dituntut untuk lebih produktif dalam berkarya.
Tidak hanya itu, seorang guru besar juga harus menjadi inspirasi kepada orang lain. Sehingga karya-karya lainnya terus bermunculan.
"Bertambahnya gelar juga menjadikan menjadi ilmuwan yang menjunjung tinggi filosofi padi. Maka kampus UAD akan berisi ilmuwan yang tidak hanya pintar dalam ilmu, tapi juga santun dalam bertindak," katanya.
Ia pun berharap, guru-guru besar lainnya terus bermunculan. Sehingga dapat terus berkontribusi untuk masyarakat.
"Komitmen kami melayani lebih baik dan kami harap bisa menghasilkan guru besar lainnya. Baik dari UAD maupun perguruan tinggi di bawah LLDIKTI wilayah V," ujar Didi.