REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Budi Djatmiko mengatakan saat ini banyak program studi D3 ditinggalkan peminatnya. Program studi D3 khususnya di perguruan tinggi swasta yang banyak ditinggalkan yakni D3 kebinanan. Budi berharap Kemenristekdikti segera mengatasi hal ini agar tidak semakin banyak prodi diploma tiga yang ditutup.
"Tutupnya ratusan akademi di Indonesia dan tidak mampu diselamatkan akibat salah membuat kebijakan," kata Budi, Selasa (3/9).
Saat ini, kata Budi, masyarakat cenderung lebih memilih S1 atau D4. Sementara itu, program studi D3 semakin banyak ditinggalkan dan lama kelamaan tidak memiliki peminat.
Menurut Budi, pemerintah masih bisa membantu PTS. Salah satu hal yang bisa dilakukan yakni membuat kebijakan perubahan izin secara otomatis dari D3 ke D4 dengan tanpa membebani apapun.
Selanjutnya, kata Budi pemerintah juga sebaiknya memberikan izin penggabungan atau merger PTS lebih cepat. Sebab, kata dia, masyarakat saat ini lebih berminat kuliah di institut atau universitas.
Cara ketiga adalah yang berkaitan dengan penyaluran KIP Kuliah. "Salurkan KIP diutamakan pada PTS, karena secara hitungan APBN jauh lebih murah dan dapat menyehatkan PTS. Tentu diarahkan pada vokasi tidak masalah, tetapi S1 juga bisa," kata Budi menjelaskan.
Saat ini, pemerintah akan menambah jumlah penerima KIP. Walaupun demikian, menurut Budi, kenaikan penerima KIP tidak akan membantu meningkatkan mutu PTS jika peraturannya tidak jelas dan tidak transparan. KIP akan berdampak pada mutu PTS jika PTS yang mendapatkan akreditasi C mendapatkan jatah KIP.
"Berarti juga menolong PTS yang sedang turun peminatnya," kata Budi.
Ia menyatakan, sebagian besar program studi vokasi ada di PTS yakni diploma tiga. Namun, saat ini peminatnya sangat rendah. "Jumlah prodi vokasi kita masih sekitar 6,5 persen maka tidak akan mungkin 800 ribu lebih KIP tahun 2020 bisa disalurkan ke prodi vokasi, teknik, dan sains," kata dia lagi.
Sebelumnya, Kemenristekdikti juga telah melakukan penutupan terhadap 130 PTS sejak 2015-2019. Jumlahnya terus meningkat dari tiga PTS di tahun 2015, lima PTS di tahun 2016, 16 PTS di tahun 2017, 30 PTS di tahun 2018, dan 76 PTS di tahun 2019.