Jumat 06 Sep 2019 12:54 WIB

Smartoblin, Bantu Difabel Netra Mandiri Beraktivitas

Smartoblin sudah diujicobakan di SLB Yaketunis Yogyakarta.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Smart Toilet for Blind People atau Smartoblin, alat untuk membantu mobilitas difabel netra yang diciptakan sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).
Foto: uny
Smart Toilet for Blind People atau Smartoblin, alat untuk membantu mobilitas difabel netra yang diciptakan sejumlah mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kemudahan mobilitas di kamar mandi penting bagi penyandang difabel netra. Salah satunya menyediakan petunjuk seperti rangsangan auditoris, visual, kinestetik, taktual, aroma dan suhu.

Kecelakaan di kamar mandi merupakan salah satu kecelakaan berbahaya, tapi sering diabaikan. Hal ini disebabkan lantai yang licin, kontak listrik dekat air dan tidak adanya pegangan toilet.

Baca Juga

Sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang alat bantu difabel netra. Fungsinya, untuk meningkatkan kemandirian aktivitas mereka ketika berada di kamar mandi.

Ada Raden Budi Santoso (Pendidikan Teknik Elektro), Ikhsan Sahida (Pendidikan Teknik Mekatronika) dan Wahyuni Amilya (Pendidikan Luar Biasa). Namanya, Smart Toilet for Blind People atau Smartoblin.

Alat dirancang sesuai kebutuhan penyandang difabel netra. Raden mengatakan, Smartoblin menghasilkan suara yang mengarahkan saat beraktivitas di kamar mandi. Ada beberapa macam suara.

Mulai dari notifikasi peruntukan kamar mandi untuk laki-laki atau perempuan, letak peralatan dan kondisi licin lantai. Pengembangan bertujuan memudahkan mobilitas sehari-hari.

"Smartoblin ini dirancang portable, sehingga mudah untuk digunakan di berbagai model kamar mandi," kata Budi.

Wahyuni menerangkan, Smartoblin sudah diujicobakan di SLB Yaketunis Yogyakarta. Sistem elektronis yang digunakan meliputi sensor PIR di dinding kamar mandi dan sensor infra merah di bagian dalam.

Kemudian, sensor rain FC-37 di lantai, rangkaian mikontroller (arduino) dan power supply sebagai sumber tegangan di dinding luar. Cara kerjanya dimulai ketika penyandang disabilitas meraba dinding.

"Sensor satu akan mendeteksi obyek tersebut dan meneruskan sinyal ke arduino, lalu diproses menjadi output suara melalui speaker dan memberikan informasi," ujar Wahyudi.

Iksan menilai, potensi hasil yang bisa dikembangkan dari alat ini dapat diimplementasikan lebih luas. Sebab, alat yang dikembangkan tidak terikat model kamar mandi manapun.

Selain itu, memberikan solusi kemandirian mobilitas teman-teman difabel netra di kamar mandi. Degan begitu, mereka tidak perlu merasa khawatir setiap kali ke kamar mandi.

"Meskipun sedang tidak didampingi orang awas," kata Iksan, mejelaskan karya yang telah berhasil meraih dana Dikti dalam PKM bidang Karsa Cipta pada 2019.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement