Jumat 22 Nov 2019 17:42 WIB

UGM Dorong Gerakan Memanen Air Hujan

Perlu sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya mengelola air hujan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Awal Musim Hujan. Pakar Hidrologi Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono meminta masyarakat mengelola air hujan agar tak ada lagi bencana kekeringan.
Foto: Republika/ Wihdan
Awal Musim Hujan. Pakar Hidrologi Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono meminta masyarakat mengelola air hujan agar tak ada lagi bencana kekeringan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bencana banjir dan kekeringan menjadi masalah utama berbagai daerah di Tanah Air. Data BNPB mencatat pada periode 208-2019 ada 1.022 kejadian banjir dan bencana kekeringan mencapai 129 kejadian.

Pakar Hidrologi Sekolah Vokasi UGM, Agus Maryono mengatakan, perlu perubahan sistem atau inovasi baru dalam manajemen bencana. Utamanya, untuk meminimalisir terjadinya bencana seperti banjir dan kekeringan.

Baca Juga

Ia menilai, salah satu yang bisa dilakukan dengan memanen, menampung, dan memanfaatkan air hujan dengan sebaik-baiknya. Cara ini dikenal dengan gerakan memanen air hujan.

"Belum ada kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya air hujan," kata Agus kepada wartawan di Ruang Fortakgama, Kamis (21/11).

Agus menyampaikan, Indonesia memiliki curah hujan yang tinggi yakni kisaran 2.000-4.000 milimeter per tahun. Dengan curah hujan yang besar itu, semestinya masyarakat tidak perlu kawatir akan ketersediaan air.

"Yang jadi masalah belum adanya pengelolaan air hujan yang memadai, sehingga curah hujan yang tinggi justru menyebabkan banjir di musim hujan dan kekeringan saat kemarau," ujar Agus.

Untuk itu, UGM merasa perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya memanen dan mengelola air hujan. Hal itu dilakukan lewat Kongres Memane Air Hujan Indonesia II.

Kongres ini akan dilaksanakan pada 28-29 November 2019 di University Club (UC) UGM. Forum ini mempertemukan komunitas, kampung, pemerintah, akademisi, praktisi dan dunia usaha membahas gerakan memanen air hujan.

Agus berharap, gerakan memanen air hujan ini tidak cuma bisa mengurangi banjir di kawasan hulu. Tapi, mengurangi kekeringan di kawasan hulu dan hilir, sekaligus mengisi air tanah.

Air yang diperoleh dari memanen hujan tersebut dapat pula dikonsumsi. Dari sejumlah penelitian yang dilakukan, diketahui rata-rata tingkat derajat keasaman air hujan mencapai 7,2-7,4.

"Jadi, saat ini tantangannya merubah pola pikir masyarakat yang semula tidak peduli air hujan untuk lebih peduli, sebab banyak manfaat yang bisa diambil dari air hujan," kata Agus.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement