Ada satu pertanyaan yang sampai saat ini masih selalu hadir dalam ruang pikiran saya, “Apakah mungkin saya dapat membaca jalan pemikiran diri saya sendiri dan jalan pemikiran orang lain?”
Sampai pada suatu saat, ketika saya melakukan “dialog” dengan beberapa penulis buku yang merupakan pakar di bidangnya, saya menemukan sesuatu untuk mencari jawaban dari rasa penasaran saya tersebut. Gagasan Dr. John Langrehr (2003) dalam Buku Thinking Skills, telah membantu saya menemukan sebuah petunjuk atas pertanyaan yang saya ajukan terkait dengan proses berpikir seseorang.
“Latihan berpikir adalah bertanya,” itulah pernyataan singkat sarat makna dari seorang Jacques Rolland.
Ide itu saya temukan ketika seorang Jakob Sumardjo memberikan ulasan kritis mengenai rendahnya budaya bertanya di kalangan masyarakat Indonesia.
Beliau menyatakan, “Bertanya bukan merupakan budaya Indonesia, menimbun jawaban sebanyak mungkin itulah budaya Indonesia,” ujarnya.
Saya pikir pernyataan tersebut ada benarnya. Silakan periksa proses kegiatan belajar mengajar yang terjadi di ruang kelas sekolah kita. Apakah guru-guru kita sudah terbiasa mengembangkan budaya bertanya untuk mengkonstruksi pengetahuan para siswanya? Apakah guru sudah memiliki keterampilan bertanya efektif agar mampu memberdayakan potensi berpikir siswa? Ingat, siswa tidak belajar berpikir lebih baik dengan hanya mendengar jawaban yang benar dari pertanyaan guru. Mereka harus diajak untuk berpikir.
Saya punya asumsi berpikir, pengembangan budaya bertanya secara umum dapat melatih kemampuan berpikir seseorang. Lantas, metode apa yang yang dapat dikembangkan agar kemampuan berpikir kita dapat dikembangkan secara optimal?
Satu hal yang patut disyukuri oleh kita sebagai manusia, adalah karena manusia diberi perangkat yang luar biasa sempurna dengan adanya otak yang mampu melakukan proses berpikir. Berpikir merupakan aktivitas mental seseorang yang menggunakan pikirannya untuk mengumpulkan ide-ide atau informasi-informasi. Kognisi dan metakognisi, dua kata inilah yang menjadi petunjuk dalam mengantarkan saya menemukan jawaban dari asumsi berpikir yang saya ajukan tadi.
Secara umum, kognisi dapat diartikan sebagai apa yang diketahui dan dipikirkan oleh seseorang. Gambaran klasik mengenai kognisi meliputi “Higher Mental Processes” seperti pengetahuan, kesadaran, intelegensi, pikiran, imajinasi, daya cipta, perencanaan, penalaran, penyimpulan, pemecahan masalah, pembuatan konsep, pembuatan klasifikasi-klasifikasi, kaitan-kaitan, pembuatan simbol-simbol, dan mungkin juga fantasi serta mimpi.
Dr. John Langrehr memberikan sebuah petunjuk, yang bagi saya hal tersebut merupakan sebuah ide cemerlang dalam konteks pengembangan keterampilan berpikir seseorang. Apa yang harus kita lakukan agar kita mampu berpikir dengan lebih baik?
“Mudah saja, cermatilah jalan pemikiran Anda ketika Anda sedang berpikir,” begitulah pendapat Dr. John Langrehr.
Proses menganalisis cara berpikir Anda saat Anda memikirkan suatu masalah disebut metakognisi.
Huit (1997), menyatakan bahwa metakognisi meliputi kemampuan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti, “Apa yang saya ketahui tentang topik ini? Apakah saya tahu apa yang perlu saya ketahui? Apakah saya tahu dimana saya mendapatkan informasi yang dibutuhkan? Apa strategi dan taktik yang dapat digunakan? dan lain sebagainya.”
Substansinya adalah, bahwa karakteristik metakognisi lebih dominan pada memonitor kesadaran, strategi, dan proses berpikir diri sendiri melalui pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan itu sendiri, pada hakikatnya merupakan pertanyaan yang memandu proses berpikir secara mandiri dan dapat muncul dari diri sendiri.
Perasaan saya saat ini sangat bahagia, betul-betul sangat bahagia. Ide saya saat ini terus berkembang untuk menjawab pertanyaan, “Apakah mungkin saya dapat membaca jalan pemikiran diri saya sendiri dan jalan pemikiran orang lain?”
Satu pertanyaan di bawah ini adalah tantangan berpikir buat Anda sebagai salah satu cara untuk menjawab pertanyaan saya tadi. Sebuah kehormatan bagi saya, ketika Anda bersedia menggambarkan jalan pemikiran Anda untuk menjawab pertanyaan di bawah ini. Buatlah sebuah visualisasi yang dapat menjelaskan jawaban Anda.
TANTANGAN BERPIKIR
Asep, Devi, Eva, dan Inne masing-masing mengenakan kemeja dengan warna yang berbeda-beda. Warna-warna kemejanya adalah merah, biru, jingga, dan kuning. Devi tidak memakai kemeja merah. Asep tidak mengenakan kemeja merah atau biru. Inne berkemeja kuning. Apa warna kemeja mereka masing-masing?
Silakan kirimkan jawaban Anda ke [email protected]. 10 orang pertama yang menjawab tepat, akan saya berikan sebuah hadiah buku berjudul "Setia Mengabdi Meski KELAS BERATAPKAN LANGIT". Selamat berpikir.
Asep Sapa'at
Teacher Trainer di Divisi Pendidikan Dompet Dhuafa