REPUBLIKA.CO.ID,BREBES--Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, merupakan daerah yang tingkat buta aksara mencapai sebanyak 65.372 orang, sehingga jumlahnya tertinggi di provinsi ini.
"Itu data terakhir kami dari hasil verifikasi tingkat buta aksara di Jateng pada 2012," kata Kepala Bidang Pendidikan Non-Formal-Perguruan Tinggi (PNF-PT) Disdik Jateng Jasman Indradno di Semarang, Rabu.
Daerah kedua di Jateng dengan tingkat buta aksara terbanyak, kata dia, Kabupaten Pemalang sebanyak 19.233 orang, kemudian disusul Pati sebanyak 18.592 orang, Blora 17.875 orang, dan Cilacap 16.304 orang.
Menurut dia, warga buta aksara itu berada dalam rentang usia antara 15-59 tahun, dan hampir semuanya adalah mereka yang telah berusia lanjut yang semasa kecilnya tidak sempat mengenyam pendidikan sekolah.
Ia mengaku terdapat perbedaan data tingkat buta aksara di Jateng itu dengan Badan Pusat Statistik (BPS) yang merekam sebanyak 2.305.162 warga buta aksara rentang usia 15 tahun-tidak terhingga pada 2010.
Berdasarkan data BPS, penderita buta aksara di Jateng yang dirilis pada 2011 dengan rentang usia 15 tahun-tak terhingga sebanyak 2.305.162 orang, sementara rentang usia 15-59 tahun tercatat sebanyak 986.179 orang.
Namun, data versi BPS juga menunjukkan Brebes urutan tertinggi buta aksara dengan jumlah 176.210 orang, disusul Wonogiri sebanyak 118.719 orang, Tegal sebanyak 113.921 orang, Sragen 113.437 orang, dan Pati 109.563 orang.
Jasman mengatakan data BPS itu hanya berupa data angka yang tidak memerinci warga buta aksara secara "by name, by address" sehingga pihaknya kemudian melakukan verifikasi data tersebut ke masing-masing kabupaten/kota.
"Kami sudah melakukan pemberantasan buta aksara mulai 2007 dengan jumlah penderita ketika itu masih sekitar dua juta orang yang berlanjut setiap tahun. 'Masa' sudah 2010 masih dua juta warga buta aksara?," katanya.
Dari hasil verifikasi yang dilakukan pada 2012, kata dia, ternyata didapatkan warga buta aksara di Jateng sebanyak 272.538 orang, terdiri atas 97.777 laki-laki dan 174.761 perempuan yang sudah "by name, by address".
Ia mengatakan pihaknya sebenarnya tidak keberatan dengan data buta aksara yang disampaikan BPS tersebut, tetapi harus "by name, by addres" sehingga mudah untuk melakukan penanganan dan pengentasan buta aksara.
"Kami pasti akan tangani warga buta aksara, tetapi kan harus jelas data yang disampaikan. Kalau hanya angka kan susah, namanya siapa, posisinya di mana, usianya berapa. Harusnya 'by name, by address'," kata Jasman.