REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono menyatakan bahwa serapan program bantuan siswa miskin (BSM) hingga saat ini masih berjalan lambat.
"Hingga saat ini penyerapan masih sekitar 38 persen, belum sesuai target," kata Agung Laksono ketika dihubungi dari Jakarta, Selasa.
Dia menambahkan untuk meningkatkan serapan BSM pemerintah sudah melakukan sosialisasi yang intensif.
Pemerintah, tambah dia, juga telah melakukan berbagai upaya terobosan untuk meningkatkan serapan program BSM.
Salah satunya dengan menyasar panti-panti asuhan dan pesantren yang ada di sejumlah wilayah di Indonesia untuk meningkatkan serapan program bantuan siswa miskin. "Untuk meningkatkan penyerapannya, kita akan menjaring dengan banyak cara. Diantaranya Mendekati RT, panti asuhan, dan sekolah," katanya.
Dengan menyasar panti asuhan, diharapkan serapan BSM akan meningkat dengan cepat. Agung juga menjelaskan, alokasi anggaran yang disediakan pemerintah sebagai bagian dari program perlindungan sosial masyarakat terkait kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) beberapa waktu lalu untuk bantuan siswa miskin sekitar Rp10 triliun.
Serapan dana BSM masih belum besar karena kurangnya sosialisasi. Terlebih program ini baru digulirkan pada 26 Agustus 2013," katanya.
Sementara itu, BSM ditujukan kepada 16,6 juta anak usia sekolah yang berasal dari 15,5 juta rumah tangga penerima kartu perlindungan sosial.
Besaran manfaat BSM yang akan diterima adalah sebesar Rp225.000 per semester untuk SD/MI, Rp375.000 per semester untuk SMP/MTs dan Rp500.000 per semester untuk SMA/SMK/MA.