REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat literasi keuangan Indonesia masih rendah. Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi pelajar hanya mencapai 28 persen. Untuk meningkatkannya, OJK melakukan edukasi pada siswa SMA.
"Untuk sementara baru untuk SMA kelas X, nanti bertahap ke SMP dan SD," ujar Dewan Komisioner OJK Kusumaningtuti Soetiono, Rabu (2/7).
Materi yang diajarkan pada SD dan SMP akan berbeda dengan materi SMA. Materi SMA meliputi enam industri jasa keuangan, yakni bank, perusahaan sekuritas, lembaga pembiayaan seperti asuransi dan dana pensiun, pegadaian dan tentang OJK. OJK saat ini tengah menggodok materi untuk SMP. Kusumaningtuti berharap implementasi materi keuangan bagi SD dan SMP dapat diterapkan pada awal tahun 2015.
Pengayaan pada siswa, dalam jangka menengah, diharapkan dapat meningkatkan literasi keuangan sehingga dapat menyaingi Singapura dan Malaysia. Tingkat literasi keuangan Indonesia saat ini masih di bawah Thailand dan Filipina. Peningkatan literasi tak mudah dilakukan dalam jangka pendek karena geografi dan kompleksitas penduduknya. "Memang rendah tingkat literasinya, tapi kita optimis itu bisa diperbaiki dengan menggarap program-program ini dengan konsisten," ujarnya.
OJK juga saat ini telah memberikan edukasi pada mahasiswa. Pendekatan pada mahasiswa berbeda dengan pelajar SMA. Edukasi pada siswa berbentuk KKN Tematik. OJK memilih beberapa mahasiswa kemudian mereka memilih wilayah KKN. "Seperti kemarin di Semarang, ada satu desa yang terpilih, kemudian ada sekolah dan di sekolah tersebut dilakukan simulasi kepada murid-muridnya. Simulasinya seperti bank. Ada teller dan nasabah," ujarnya.