Rabu 02 Jul 2014 17:12 WIB

OJK Akan Ajarkan Materi Finansial ke Pelajar SD dan SMP

Rep: Satya Festiani/ Red: Nidia Zuraya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Foto: Adhi Wicaksono/Republika
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat literasi keuangan Indonesia masih rendah. Berdasarkan survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat literasi pelajar hanya mencapai 28 persen. Untuk meningkatkannya, OJK melakukan edukasi pada siswa SMA.

"Untuk sementara baru untuk SMA kelas X, nanti bertahap ke SMP dan SD," ujar Dewan Komisioner OJK Kusumaningtuti Soetiono, Rabu (2/7).

Materi yang diajarkan pada SD dan SMP akan berbeda dengan materi SMA. Materi SMA meliputi enam industri jasa keuangan, yakni bank, perusahaan sekuritas, lembaga pembiayaan seperti asuransi dan dana pensiun, pegadaian dan tentang OJK. OJK saat ini tengah menggodok materi untuk SMP. Kusumaningtuti berharap implementasi materi keuangan bagi SD dan SMP dapat diterapkan pada awal tahun 2015.

Pengayaan pada siswa, dalam jangka menengah, diharapkan dapat meningkatkan literasi keuangan sehingga dapat menyaingi Singapura dan Malaysia. Tingkat literasi keuangan Indonesia saat ini masih di bawah Thailand dan Filipina. Peningkatan literasi tak mudah dilakukan dalam jangka pendek karena geografi dan kompleksitas penduduknya. "Memang rendah tingkat literasinya, tapi kita optimis itu bisa diperbaiki dengan menggarap program-program ini dengan konsisten," ujarnya.

OJK juga saat ini telah memberikan edukasi pada mahasiswa. Pendekatan pada mahasiswa berbeda dengan pelajar SMA. Edukasi pada siswa berbentuk KKN Tematik. OJK memilih beberapa mahasiswa kemudian mereka memilih wilayah KKN. "Seperti kemarin di Semarang, ada satu desa yang terpilih, kemudian ada sekolah dan di sekolah tersebut dilakukan simulasi kepada murid-muridnya. Simulasinya seperti bank. Ada teller dan nasabah," ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement